Jakarta (ANTARA) - Ketua Penyelenggara B20 Indonesia Shinta Kamdani membagikan ceritanya ketika mengikuti pertemuan tahunan World Economy Forum (WEF) 2022 di Davos, Swiss, pada 23-25 Mei. Shinta mengaku sangat terkesan mengikuti forum yang dihadiri oleh banyak pemimpin dunia baik dari pejabat pemerintahan hingga kalangan pebisnis.
Forum yang akhirnya kembali digelar setelah tertunda 2 tahun akibat pandemi COVID-19, dinilainya sangat penting karena membahas masalah ekonomi yang paling mendesak. Mulai dari upaya bersama bangkit dari COVID-19, krisis Rusia-Ukraina, pembahasan percepatan transisi energi, inklusi ekonomi melalui inovasi digital, hingga sistem kesehatan berkelanjutan,
“WEF 2022 ini menjadi sangat penting dan relevan karena situasi geopolitik dan geoekonomi dunia situasinya cukup tegang dan harus diselesaikan,” kata Shinta dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Salah satu hal yang menjadi fokus perhatian dalam forum tersebut adalah krisis Rusia-Ukraina yang semakin memperburuk keadaan ekonomi global karena berimbas pada stabilitas pangan, energi dan sektor keuangan. Para pemimpin bisnis dunia juga menekankan pada pentingnya nilai-nilai kemanusiaan terkait dampak dari perang kedua negara tersebut.
Sebagai Ketua B20 Indonesia dan juga Koordinator Wakil Ketua Umum III Bidang Kemaritiman, Investasi dan Luar Negeri KADIN Indonesia, Shinta mengaku sangat senang karena beberapa topik B20 yang memang diselaraskan dengan topik prioritas G20 Indonesia seperti arsitektur kesehatan global, transisi energi, dan digitalisasi menjadi bahasan utama di WEF 2022.
“Hal penting yang dibahas terkait transisi energi, misalnya diperlihatkan komitmen membentuk berbagai inisiatif seperti First Movers Coalition dari 50 perusahaan yang akan mengurangi emisi karbon industri berat dan sektor transportasi jarak jauh yang bertanggung jawab atas 30 persen emisi global dan CEO Climate Leaders Alliance yang sepakat untuk mengambil tindakan tegas untuk pengurangan emisi,” ujarnya.
Terlebih lagi, lanjutnya, B20 Indonesia sudah membentuk Energy, Sustainability & Climate Task Force yang bertugas untuk memberikan rekomendasi kebijakan untuk mendorong langkah konkret negara-negara G20 dalam mentransisi dunia menjadi lebih hijau di berbagai tingkatan, seperti membuat perkembangan dalam perdagangan karbon dan mendorong inovasi dalam produksi energi alternatif.
Sementara itu, di bidang inovasi digital, terlihat bagaimana pemimpin global juga menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi baru seperti potensi emerging technology untuk membantu pemerintah dan perusahaan global mengatasi dampak perubahan iklim, termasuk memulihkan kesenjangan ekonomi, mengelola serta mengantisipasi dampak pandemi di bidang kesehatan, hingga belajar dari kasus COVID-19.
“Melalui kecanggihan teknologi digital, big data, artificial intelligence dan quantum analytics, kita dapat mengidentifikasi serta mempercepat upaya dekarbonisasi,” tuturnya.
Hal tersebut, katanya, sangat penting dan relevan dengan langkah yang dilakukan B20 Indonesia melalui Digitalization Task Force dan Energy, Sustainability & Climate Task Force dalam mendorong kebijakan yang menstimulasi aktivitas ekonomi rendah karbon.
Lebih lanjut Shinta menyampaikan bahwa hal paling penting yang tidak boleh diabaikan adalah pentingnya mengatasi persoalan kesehatan yang menjadi pangkal dari munculnya krisis ekonomi global ini. Kesenjangan infrastruktur kesehatan, terutama akses vaksin harus bisa diatasi secara bersama demi mengantisipasi krisis kesehatan di masa depan.
“Dalam WEF 2022 ini disepakati peluncuran Accord for a Healthier World yang didukung oleh Pfizer untuk menyediakan obat-obatan dan vaksin secara nirlaba ke 45 negara berpenghasilan rendah serta MoU Platform for Health and Healthcare dengan Arab Saudi untuk gerakan kesehatan global yang value-based dan people-centered,” ungkap dia.
Tak sampai di situ, di sela-sela WEF 2022, B20 Indonesia menjadi tuan rumah forum bisnis dan investasi di Paviliun Indonesia untuk mengundang para CEO global terlibat dan hadir dalam B20 Summit atau KTT B20 pada 13-14 November mendatang.
Momentum tersebut digunakan untuk membahas pergeseran ekonomi, perdagangan dan investasi global di dunia pasca-pandemi serta mempromosikan peluang investasi Indonesia yang mencakup berbagai sektor seperti eco-tourism, energi terbarukan dan pembangunan ibu kota baru Nusantara.
Selain itu, mewakili B20 Indonesia, Shinta juga didapuk untuk berbicara mengenai “Strategic Outlook on ASEAN” yang menekankan pada kemajuan dan pencapaian ASEAN dalam upaya pulih dari pandemi dan menempatkan diri secara proporsional dalam situasi ketegangan geopolitik-geoekonomi yang semakin intens.
Pada forum tersebut, Shinta menyampaikan perumpamaan lalu lintas untuk menggambarkan kondisi ASEAN. Hijau menandakan perkembangan positif yang perlu terus didorong, kuning yang berarti peringatan akan dampak disrupsi eksternal dan internal ASEAN, serta lampu merah yang berarti perlu dihentikan.
Menurutnya, ASEAN selama ini telah menunjukkan catatan positif dalam usahanya meningkatkan integrasi perdagangan regional dan mendorong kerjasama investasi dan pembangunan yang lebih kuat. Namun, perbedaan kepentingan dan posisi setiap negara ASEAN dapat menjadi penghalang untuk menghasilkan output yang maksimum.
ASEAN sangat strategis bagi kompetisi antar inisiatif perdagangan dan pembangunan multilateral seperti RCEP, BRI, CPTPP dan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF). ASEAN juga dinilainya peeku menghentikan situasi yang terbawa dalam ketegangan ekonomi dan politik major powers.
Selanjutnya, Shinta dan Menteri Perdagangan Indonesia Muhammad Lutfi bersama menteri perekonomian dari berbagai negara juga diundang untuk berbagi pemikiran tentang kemitraan ekonomi antara Asia Pasifik dan Amerika Latin. Kedua kawasan tersebut menjadi sangat strategis dalam tata kelola rantai pasok dan perlu mengintensifkan kerja samanya.
“Dalam setiap sesi forum, saya membagikan bagaimana kolaborasi publik-swasta di Indonesia yang semakin erat dan dapat bekerja sama dalam memanfaatkan perubahan dan inovasi sistemik untuk membuka pendekatan yang memungkinkan untuk mendukung tiga isu prioritas yang kami usung, serta bersama-sama menemukan langkah terbaik perbaikan kualitas kesehatan, politik, dan ekonomi yang adil, inklusif dan berkelanjutan,” tegasnya.
Terakhir, B20 Indonesia siap menjadi platform yang tepat bagi para pemimpin bisnis dunia untuk berkolaborasi, bangkit, bekerja bersama memulihkan ekonomi dan kesehatan global pasca pandemi guna mewujudkan tata dunia yang lebih kuat, adil dan inklusif. Dalam kesempatan WEF 2022, Shinta juga mengundang kalangan bisnis untuk hadir bersama-sama di KTT B20 Indonesia di Bali pada November mendatang.