Balikpapan (ANTARA) - Pertemuan Pre Summit Y20 digelar Sabtu-Minggu 20-21 Mei lalu di Balikpapan, kota yang berjarak lebih kurang 70 km tenggara Ibu kota Nusantara, ibukota baru Republik Indonesia yang mulai pembangunannya.
“Silakan para delegasi kalau mau melihat sendiri, apakah pembangunan IKN itu akan merusak alam atau tidak,” kata Gubernur Isran Noor di Balikpapan akhir pekan lalu, usai menghadiri acara pembukaan forum pertemuan Y20 yang dihadiri 20 delegasi pemuda secara langsung dan virtual.
Pembangunan IKN, atau sebelumnya rencana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta di Pulau Jawa ke kawasan Semoi-Sepaku di Kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur, oleh mereka yang kontra disebut akan merusak alam, yaitu mengalihfungsikan hutan, mendesak dan menyempitkan kehidupan margasatwa diantara orangutan (Pongo pygmaeus), dan menyingkirkan warga tempatan (masyarakat adat Paser).
Sejumlah jawaban juga disampaikan dari para pendukung pemindahan ibu kota, mulai dari ekonomi, politik, termasuk sosial, budaya, dan lingkungan.
Menurut Gubernur Isran, rancangan ibu kota baru yang mengusung lima konsep yakni tempat kerja yang cerdas, hunian selaras alam, transportasi bersih dan efisien, alam terbuka hijau, dan kesatuan budaya dan bangsa sudah mengakomodasi hal-hal yang disampaikan para pengeritik.
Gubernur mengatakan, pembangunan infrastruktur seperti jalan maupun bangunan hanya mengambil 5 persen dari total lahan yang masuk kawasan IKN yang mencapai 750 ribu hektare.
Sebagian besar lahan akan tetap sebagai kawasan hutan, termasuk hutan kota, dan sebagian menjadi kawasan terbuka hijau yang ada di antara kelompok gedung perkantoran dan pemukiman.
Pertemuan Y20 sendiri tidak mengagendakan kunjungan ke IKN. Para peserta yang datang langsung ke Balikpapan diajak menanam bibit pohon bakau (Rhizopora mucronata) di kawasan mangrove Margomulyo di Balikpapan Barat.
Kegiatan penanaman mangrove ini sesuai dengan tema memelihara bumi agar bisa terus menjadi tempat hidup bagi manusia.