Samarinda (ANTARA) - Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Timur (Kaltim) Petrijansah mengharapkan para nelayan bergabung dalam satu kelompok usaha bersama (KUB) agar kehidupannya lebih makmur dan sejahtera.
“Perlu adanya suatu perubahan pola pikir lebih maju para nelayan agar kehidupannya lebih sejahtera,” katanya di Samarinda, Rabu.
Oleh karena itu mereka diarahkan supaya mau berubah, menangkap ikan lebih jauh dengan bergabung di satu kapal besar dalam satu kelompok usaha bersama .
Petrijansah menjelaskan, komposisi nelayan di Kaltim yaitu nelayan kecil sebanyak 90 persen, kemudian 10 persen sisanya adalah nelayan menengah dan skala besar.
"Artinya kapal-kapal kecil ini mengeroyok satu wilayah perairan pantai yang sudah terlalu padat sehingga jumlah tangkapan semakin sedikit dan sering menyebabkan konflik," jelasnya.
Dikemukakannya, apabila nelayan terus menangkap ikan di daerah pantai maka kehidupan nelayan tidak bisa terdongkrak untuk lebih sejahtera.
Untuk itu, nelayan perlu armada yang lebih besar untuk menangkap ikan lebih jauh. Misalnya satu KUB bergabung dalam satu kapal besar yang berisi 5 sampai 10 nelayan.
"Ini akan lebih efektif. Jalur penangkapan lebih jauh sehingga bisa mendapatkan hasil tangkapan yang lebih maksimal, nilai ekonomisnya lebih tinggi dan nelayan bisa lebih sejahtera," tuturnya.
Lanjut Petrijansah, akan lebih baik lagi apabila tiap KUB bergabung membentuk satu koperasi untuk mengelola suatu usaha perikanan tangkap.
"Nah koperasi ini dijadikan persyaratan oleh pemerintah pusat untuk menerima bantuan kapal. Jadi kalau sudah terbentuk koperasi akan lebih baik lagi," sarannya.
Petrijansah menambahkan, jumlah seluruh nelayan di Kaltim saat ini sebanyak 130.000 dengan nelayan utama sekitar 60.000 dan selebihnya merupakan nelayan sambilan sambilan.
"Sekarang kecenderungan nelayan banyak beralih menjadi karyawan swasta berdasarkan informasi dan bincang-bincang dengan kehidupan nelayan," katanya.
Diungkapkannya ada kecenderungan nelayan lebih merasa elit ketika beralih ke perusahaan swasta seperti perkebunan sawit dan batu bara.
Dia pun menyadari bahwa kehidupan nelayan bergantung dengan alam sehingga hasil yang didapatkan tidak menentu. Sedangkan jika menjadi karyawan swasta gajinya berupa bulanan tetap.
"Tapi itu biasanya temporer, tidak sepanjang waktu. Mungkin saat perusahaan tambang dan sawit sudah tidak bergerak lagi mereka kembali ke aktivitas semula menjadi nelayan," tutupnya.(ADV/Diskominfo)