Balikpapan (ANTARA) - Setelah 600 km on road plus 40 km offroad, tim Sumatra Tribute tiba di Kota Kabanjahe, dan terus naik ke Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Sabtu (19/2).
Seluruh tim langsung menuju Hotel Bukit Kubu di Jalan Jamin Ginting.
“Pada tahun 1981, pada Camel Trophy Sumatra. Saat itu para peserta menginap di Wisma Bukit Kubu, di Jalan Jamin Ginting ini,” kata event director Greefion Kamil.
Para panitia dan peserta yang seluruhnya berkebangsaan Jerman Barat memilih Wisma Bukit Kubu antara lain karena halamannya yang luas, walaupun bukan kebetulan juga saat itu Bukit Kubu adalah hotel terbaik di Berastagi dengan konsep hotel resort.
Halaman yang luas memudahkan peserta mempersiapkan mobil-mobilnya. Atau kalau sekarang bagi Sumatra Tribute, juga nyaman untuk menata ulang mobil.
“Pada tahun 1981 yang kelola hotel ini Bapak mertua saya, Lelang Sembiring,” tutur Alex Ketaren, 75 tahun, yang kini melanjutkan pengelolaan Wisma Bukit Kubu.
Meski nama berubah sedikit menjadi Hotel Bukit Kubu, Pengelola masih mempertahankan seluruh bangunan yang didirikan pertama kali sebagai pesanggrahan di tahun 1939.
Dengan seluruh peserta sudah berkumpul kembali, perjalanan napak tilas Camel Trophy 1981 pun berakhir. Para peserta menempuh jarak 1600 km dan melewati Jambi, Sumatera Barat, Riau, dan Sumatera Utara sejak dilepas Ketua MPR Bambang Soesatyo di Citra Raya, Jambi, 6 Februari 2022.
Sebagai penanda, seluruh peserta mendapat plakat Sumatra Tribute.
“Perjalanan yang tidak akan terlupakan,” kata Syahrial Oesman dari tim Bedulur, Sumatera Selatan. Syahrial Oesman lama dikenal sebagai Gubernur Sumatera Selatan di awal dekade 2000an.
“Besok kami masih melanjutkan dengan satu lagi kegiatan, yaitu mengunjungi 18 tujuan wisata di sekitar Danau Toba. Kami ingin memperlihatkan bahwa perjalanan atau touring offroad itu punya dampak-dampak ikutan yang sangat baik, antara lain bagi pariwisata dan perekonomian setempat,” kata Greefion Kamil.
Dengan jumlah peserta hingga 125 orang dari 50 kendaraan, Sumatra Tribute menempati tak kurang dari 20 kamar di Wisma Bukit Kubu dan meramaikan warung dan kafe di sekitar hotel.
Offroad di Siosar
Sebelum berkumpul kembali di Wisma Bukit Kubu, para peserta masuk trek offroad di Siosar, di perbukitan di utara Danau Toba selepas Sidikalang.
Beristirahat semalam di Puncak 2000, baru kemudian menjajal jalur yang persiapannya dibantu Pengurus Daerah Indonesian Offroad Federation (IOF) Kabupaten Karo.
“Ini trek alternatif dari Camel Trophy Sumatra 1981, karena jalur aslinya, yaitu Jalur Lingga, kini sudah menjadi jalan bagus pasca banjir yang melanda kawasan itu tahun 2021 lampau,” kata event director Greefion Kamil.
Sebagian trek juga sudah menjadi bagian dari kebun kelapa sawit dan tidak berkenan dilalui rombongan.
Jalur offroad Siosar menyajikan medan tanah berpasir. Dengan beberapa hari terakhir tak ada hujan, jalurnya menjadi cukup bersahabat.
“Setidaknya kita nge-winch tidak kehujanan, tidak ada lumpur lengket,” kata Dede, kru di mobil Defender grup Bravo. Seluruh rintangan di jalur itu bisa diatasi dengan kerja sama tim.
Toh demikian, masih perlu 48 jam bagi seluruh peserta Sumatra Tribute untuk menyelesaikan jalur Siosar.
Sebelumnya, dari Bangkinang, Riau hingga Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Sumatra Tribute (ST) melintasi jalan yang setengah terlupakan di Lintas Sumatera: rute Tambusai-Daludalu-Padang Lawas-Sosopan-Sibualbuali-Sipirok, rute yang sudah eksis sejak zaman Hindia Belanda.
Setelah melewati Padang Lawas yang ramai oleh pasar dan tiga acara walimah perkawinan, mobil-mobil Land Rover, Range Rover, dan Freelander Sumatra Tribute mendapati jalan makin menanjak dan menyempit.
“Menanjaknya tidak ekstrem, tapi sedikit demi sedikit. Tahu-tahu sebelah kiri atau kanan kita jurang,” kata M Senut di Land Rover Series III.
Rute membelah pegunungan Bukit Barisan dari selatan ke utara itu memang ada di pinggang gunung, sejumlah pemukiman dengan nama pertama aek (air) bertebaran di sepanjangnya dan pada tahun 1981, Camel Trophy melintasinya dari arah sebaliknya dari Sipirok menuju Padang Lawas.
Khas pemandangan dari ketinggian, rute ini menyajikan pemandangan sawah-sawah membentang di dasar lembah dengan warna hijau muda dan kebun-kebun karet di lereng. Sesekali Land Rover M Senut berpapasan dengan motor tanpa plat nomor yang ditumpangi satu keluarga.
Dengan jarak tempuh Bangkinang-Sipirok 340 km, rombongan diberikan kebebasan mengatur jarak antarkendaraan alias loose convoy. Maka Land Rover Series III secara alami kembali ke habitatnya di belakang urutan.
Ketika akhirnya jalan makin datar dan makin lebar, lalu masuk aspal mulus, bulan sudah tepat di atas kepala. Tak lama, Series III pun melewati gerbang hotel resort Torsibohi dan langsung naik hingga ke lokasi camping di halaman belakang. M Senut terkapar kelelahan dan langsung lelap begitu masuk tenda.