Samarinda (ANTARA) - KONI Kaltim saat menggelar Rapat Kerja (Raker) pada Sabtu (29/1/2022) di Hotel Aston Samarinda terjadinya kekisruhan dan berbuntut pemukulan terhadap salah seorang pengurus, Sugeng Mochdar, sehingga mendapat berbagai tanggapan.
Kepala Bidang Humas KONI Kaltim Zulkarnain ketika dikonfirmasi terkait peristiwa itu menyebutkan salah satu agenda Raker tersebut adalah penetapan syarat bursa calon Ketua KONI Kaltim.
“Peristiwa itu terjadi ketika Sugeng berada diatas panggung dan menyampaikan pendapatnya,bahwa semua orang melakukan rekayasa sehingga menyinggung banyak orang di ruangan tersebut, ” kata Zulkarnain, di Samarinda Senin.
Lanjutnya apabila itu rekayasa maka tidak mungkin panitia memberi kan kesempatan kepada Sugeng untuk maju.
Ia juga menegaskan tuduhan pihak penyelenggara membiarkan Sugeng dipukul dan dikeroyok tidaklah benar. "Tidak ada yang membiarkan Sugeng dipukul, justru kita mengamankan," ucapnya.
Kemudian Kepala Bidang Organisasi KONI Kaltim Budi Irawan menyampaikan pihaknya belum mengetahui siapa yang akan menjadi kandidat karena proses penjaringan belum dilakukan.
"Kenapa di persyaratkan 30 persen dukungan itu untuk memberikan kesempatan kepada tiga orang calon bisa masuk jadi bakal calon. Kalau dibuka seluas-luasnya kita tidak mendapat pemimpin berkualitas," katanya.
Budi Irawan menjelaskan pihaknya ingin agar orang yang menjadi calon sudah paham dan mengerti organisasi olahraga baik KONI maupun Cabang Olahraga (Cabor).
Sementara Ketua panitia pelaksana Raker KONI Kaltim, Muslimin mengatakan secara mekanisme Raker tingkat Provinsi tersebut sukses dan semua mengikuti aturan.
"Kalau ada insiden hanya sebuah dinamika organisasi," katanya.
Muslimin menegaskan tidak ada rekayasa, semua transparan dan semua yang hadir pun setuju. Ia juga menyebutkan pihaknya memberikan kesempatan bakal calon ketua untuk melakukan lobby-lobby ke berbagai pihak.
"Ada proses penjaringan dan pelaporan. Sampai hari ini kita belum tahu siapa yang maju siapa yang mendukung. Perdebatan kemarin kita anggap biasa saja," ujarnya.
Koordinator Bidang Keamanan Rakerprov KONI Kaltim, Musrifin menambahkan pihaknya berupaya melakukan mediasi tanpa menghalangi proses di kepolisian.
"Mereka kita anggap anak sendiri yang bertengkar dalam rumah. Ini saudara sendiri," ucapnya.
Di tempat terpisah Sugeng Mochdar mengatakan pada saat dirinya menyampaikan pendapatnya dalam Raker tersebut menimbulkan reaksi beberapa pihak bukan suatu kelalaian dan tidak berbau unsur SARA.
"Lihat saja di video tidak ada saya menyinggung perasaan mereka. Kalau namanya unsur SARA baru itu menyinggung perasaan. Ini tidak ada unsur SARA-nya, bagaimana dikatakan menyinggung," kata Sugeng.
Ia menuturkan bahwa seseorang menyampaikan sesuatu pendapat di dalam forum resmi merupakan hal yang wajar dan dilindungi oleh undang-undang.
"Justru mereka yang arogan, kenapa harus main pukul begitu," katanya.
Sugeng menjelaskan salah satu pendapatnya dalam Raker tersebut yakni dirinya tidak sependapat bahwa hasil sidang Komisi I ingin langsung disahkan tanpa melalui paripurna.
"Hasil sidang komisi itu tidak langsung disetujui oleh mereka sendiri, tetapi harus diplenokan atau diparipurnakan dengan komisi yang lain. Saya selaku perwakilan komisi II memberikan pendapat dan saran atas apa yang mereka putuskan," paparnya.
Lanjut Sugeng, meskipun dirinya juga merupakan anggota Komisi II, ia tidak sependapat dengan poin 4.2 yang menyebut calon harus mendapat dukungan 30 persen baik dari Cabor maupun dari KONI.
"Mereka mengatakan itu sudah pernah dilaksanakan di KONI Pusat. Tetapi itu setelah ada kesepakatan bersama baru bisa dilaksanakan. Di sini kan beda, kami belum sepakat berarti tidak ada kesepakatan. Apakah itu bukan rekayasa," terangnya.
Menurutnya akan adil apabila ketika persyaratan sudah diputuskan Raker baru lah bergerak calon bersama-sama untuk mencari dukungan.
Ia juga menyayangkan terkesan ada pembiaran saat dirinya dipukul, didorong dan dicekek oleh beberapa orang yang merasa tersinggung dengan opininya tersebut.
"Setelah saya memberikan beberapa masukan kenapa kok mereka lantas memukul dan mengeroyok saya. Ini kan forum yang terhormat, harusnya saya dilindungi oleh penyelenggara," ucapnya.
Baca juga: Tim Zairin klaim didukung 37 Cabor maju ketua KONI Kaltim
Atas dasar itu ia ke rumah sakit untuk divisum dan terdapapt luka di bagian bibir atas sobek satu sentimeter dan di bagian dalam juga ada, kemudian pelipis kiri dan bagian bawah telinga ada benjolan.
Ia pun melaporkan kejadian itu ke Polsek Samarinda Ilir dan menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian untuk menindaklanjuti laporan tersebut.
"Mudah-mudahan dari aparat ini cepat bergerak untuk merespon dan menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan hukum yang ada," harapnya.
Salah satu bakal calon Ketua KONI Kaltim yang juga Ketua PELTI Kaltim, Zairin Zain mengatakan ketika ada pendapat di dalam musyawarah kegiatan rapat kerja tersebut seharusnya ditampung, bukan disikapi dengan kepala panas dan hati panas.
"Kan kasihan orang yang memang benar-benar ingin aspirasinya disampaikan dengan bagus tetapi dianggap menyinggung perasaan. Itu yang yang saya sesalkan insiden seperti itu," ucapnya.
Zairin akan menyampaikan kejadian tersebut ke KONI Pusat dan Gubernur Kaltim selaku Pembina Olahraga, karena KONI di bawah kepemimpinan Zuhdi Yahya dianggap tidak bisa menjamin keamanan Raker.
Sementara Ketua tim sukses bakal calon Ketua KONI Kaltim untuk Zairin, Agus Hari Kesuma menegaskan pihaknya tidak akan mengikuti Raker tersebut karena dirasa sudah tidak aman.
"Kami menarik diri dari Raker yang dilakukan oleh teman-teman KONI," katanya.