Samarinda (ANTARA Kaltim) - Salah satu kelompok tani di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, yang berhasil mengembangkan singkong gajah mendapat bantuan mesin pengolah singkong beserta rumahnya yang jika diuangkan setara dengan Rp500 juta.
"Mesin pengolah singkong itu telah kami serahkan dua hari lalu kepada Kelompok Tani Karya Nyata di Desa Siran Makmur, Kecamatan Bongan, Kutai Barat (Kubar), bersamaan dengan kunjungan kerja Gubernur Kaltim ke kabupaten itu," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim H Ibrahim ketika dihubungi dari Samarinda, Senin.
Mesin tersebut, lanjut Ibrahim, merupakan bantuan dari pemerintah pusat melalui APBN. Keberadaan mesin itu diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani, karena petani dapat membuat berbagai jenis panganan dari singkong seperti keripik dan makanan ringan lainnya.
Pengembangan tanaman singkong di daerah itu merupakan salah satu program pertanian tanaman pangan, khususnya pengembangan komoditas singkong Gajah yang belakangan sudah dilakukan di berbagai daerah di Kaltim.
Saat itu, katanya, Kelompok Tani Karya Nyata melakukan panen perdana jenis singkong itu sehingga masih merupakan tahap awal pengembangannya, sedangkan secara individu, jenis sinkong ini sudah lama dikembangkan.
Dia juga mengatakan bahwa pembibitan singkong Gajah tersebut merupakan program kerjasama pemerintah pusat (Kementerian Pertanian) dengan Dinas pertanian Provinsi Kaltim.
Program pembibitan singkong Gajah ini dilakukan di atas lahan seluas 5 hektare dengan usia tanam tujuh bulan.
Ke depan, Kelompok Tani Karya Nyata berencana mengembangkan tanaman itu hingga 100 hektare. Bahkan secara bertahap akan terus dikembangkan hingga 500 hektare, atau setara dengan luas lahan potensial di daerah itu.
Apabila pengembangan singkon skala besar sudah dilakukan, maka tinggal mencari investor atau perusahaan besar yang siap membangunan pabrik pengolah berbagai produk turunan dari singkong Gajah.
Jika pabrik sudah terbangun, maka berapapun besaran hasil produksi singkong Gajah oleh masyarakat, dapat disalurkan sehingga perekonomian warga cepat meningkat.
Dia mengakui bahwa penyaluran produksi dan pemasaran hasil pertanian singkong oleh masyarakat, masih menjadi masalah pengembangan sektor pertanian di Kaltim sehingga pemerintah harus mengupayakan penyelesaiannya.
Pengembangan singkong Gajah secara besar-besaran ini juga sebagai upaya mendukung program nasional swasembada pangan 2014, selain menjamin ketersediaan singkong di Kaltim khususnya dan di Indonesia umumnya.
Apalagi disadari bahwa belakangan ini diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan bahan pangan alternatif pengganti beras juga masih harus diimpor.
Pengembangan singkong Gajah juga dimaksudkan mendukung program pemerintah dalam upaya diversifikasi (penganekaragaman) pangan. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat tidak melulu bergantung pada beras sebagai bahan pangan sehar-hari. (*)