Nunukan (Antara) - Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Nunukan Kaltim berkomitmen untuk menumbuhkan sikap nasionalisme pemuda di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) KNPI Kabupaten Nunukan Asnawi SE di Nunukan, Minggu menyatakan pertama kali yang dapat dilakukannya adalah penyegaran terhadap organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) di tingkat kecamatan terutama di wilayah perbatasan.
OKP ini dianggap sebagai garda terdepan NKRI di internal KNPI dengan mengintensipkan komunikasi yang informatif agar tetap memiliki komitmen yang jelas karena mereka yang lebih menguasai kondisi geografis perbatasan, katanya.
"Jadi pola yang pertama kali dibangun adalah komunikasi terhadap pemuda yang berada di pedalaman agar sikap dan jatidirinya sebagai pemuda perbatasan terus tumbuh kembang," ujar Asnawi lagi.
Kemudian, Asnawi menegaskan, KNPI Nunukan menerapkan pembinaan organisasi secara manajemen dengan menggalakkan pelatihan-pelatihan atau pengkaderan pada setiap kecamatan dengan mengutamakan penanaman sikap nasionalisme terutama di Pulau Sebatik dan Kecamatan Lumbis Ogong yang berbatasan dengan Sabah Malaysia.
Selanjutnya para pemuda di Kecamatan Krayan dan Krayan Selatan yang berbatasan dengan Sarawak, Malaysia.
Hanya saja, dia mengatakan, pembinaan pemuda di daerah tersebut mengalami berbagai kendala seperti faktor geografis, gaya hidup masyarakat, pola pikir dan pemahaman yang masih primitif yang cenderung tradisional.
Ia mengakui, kondisi kehidupan masyarakat Kabupaten Nunukan yang masih sangat ketergantungan dengan Malaysia dapat memengaruhi sikap nasionalisme masyarakat setempat khususnya kalangan pemuda.
Tetapi KNPI Kabupaten Nunukan tetap berupaya keras untuk tidak terjadi degradasi nasionalisme di wilayah perbatasan dengan melakukan pembinaan dan pendekatan yang manusiawi dengan mengikuti prinsip yang berkembang selama ini yakni "Perutku Malaysia, NKRI di hatiku".
KNPI Nunukan menyadari bahwa telah terjadi degradasi perilaku terhadap masyarakat dan pemuda di wilayah perbatasan secara tidak langsung dengan adanya sikap apatis yang semata-mata berpikir bagaimana bisa hidup. Sementara ketergantungan di sektor ekonomi di dengan Malaysia masih sangat kental.
Menurut Asnawi, pemahaman makna nasionalisme bagi masyarakat di wilayah perbatasan dengan daerah lain sangat jauh berbeda termasuk takarannya dan pola pendekatan yang perlu dilakukan kepada mereka.
"Kita tidak bisa paksakan metode yang diterapkan di daerah lain akan dilakukan terhadap masyarakat atau pemuda di wilayah perbatasan," katanya. (*)