Sangatta (ANTARA Kaltim) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur, H Zainuddin Aspan, mengatakan, pencarian yang dilakukan tim SAR belum berhasil menemukan jasad pelajar perempuan bernama Sahruni Bisi, yang diterkam buaya pada Sabtu (6/4).
"Sesuai protap, jika tiga hari pencarian korban belum berhasil ditemukan, maka akan dihentikan pencariannya. Itu artinya, jika Selasa (9/4), hingga pukul 16.00 wita korban Sahruni, yang juga siswi SMKN 1 Bengalon belum ditemukan maka pencarian akan dihentikan," kata Kepala BPBD Kutai Timur, H Zainuddin Aspan, Senin.
Sahruni Bisi (16 tahun) adalah warga RT 04, Kampung Perdau Dalam, Desa Sepaso Selatan Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur.
"Tim akan menghentikan pencarian pada Selasa (9/4), jika korban belum ditemukan hingga sore hari. Namun harapan kita bahwa korban Sahruni alias Uni, segera ditemukan," kata .Zainuddin, melalui Kabid Kedaruratan Logistik dan Perlengkapan, Drs HM Syafranuddin.
Menurut HM Syafranuddin, tim yang melakukan pencarian terdiri dari BPBD, polisi, TNI AL/Lanal Sangatta, TNI AD, Tagana, Basarnas, selama dua hari telah melakukan pencarian dengan menyusuri Sungai Bengalon sejauh radius hingga 1 kilometer dari tempat kejadian.
Tim menggunakan perahu karet milik BPBD, dan perahu ketinting bermesin temple milik warga setempat serta speedboat milik Polisi Air (Polairut) dan TNI Lanal Sangatta.
Sejak Senin pagi hingga sore, pencarian belum membuahkan hasil.
Dari pantauan di lokasi, ratusan warga dari berbagai desa menggunakan sepeda motor, mobil hingga jalan kaki berdatangan untuk melihat dari dekat tempat Sahruni diterkam buaya, di sungai sekitar 30 meter dari rumah sewaan bersama kedua orang tuanya dan keempat saudara.
"Jamban tua terbuat dari kayu lapuk sudah dipasangi garis polisi dengan ditutup terpal oleh aparat kepolisian untuk menjaga warga agar tidak mendekati, karena sangat berbahaya. Sebab, setiap saat buaya sekitar bias muncul sewaktu-waktu," katanya.
Sedangkan Baliati, ibu korban mengatakan sangat terpukul atas hilangnya buah hatinya yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Meskipun masih sekolah, namun Sahruni bisa membantu keluarga.
"Uni, sangat rajin dan tidak pernah menolak kalau disuruh, makanya kami sangat sedih kehilangan dia," kata Baliti ditemani Fitri Cahyati, adik korban sambil keduanya mengusap air matanya, saat ditemui di rumah sewaannya terbuat dari kayu berukuran lebar sekitar tiga meter dan panjang sekitar enam meter.
Dia mengatakan, meski merasa kehilangan putri kesayangannya itu, mereka menyerahkan semuanya kepada sang pencipta, karena dia paling mengetahui dan menghendaki segala apa yang hidup di muka bumi.
"Kami sedih, mudah-mudahan dia ditemukan, namun juga pasrah jika tidak ditemukan dan menyerahkan kepada Sang Pencipta. Mungkin itulah takdir anak kami," katanya.
Sedangkan adik korban, Fitri Cahyati, mengaku melihat saat kakaknya itu diterjang buaya berukuran besar ketika mandi sore menjelang Magrib dan masih mengenakan baju seragam pramuka.
"Saya naik darat duluan, namun beberapa saat kakaknya teriak dan hanya dalam hitungan detik dia hilang diambil buaya. Saya hanya teriak minta tolong bantuan tetangga karena tidak bisa menolong. Badan kakak saya cepat tenggelam dibawa buaya. (*)