Samarinda (ANTARA) - Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pusat Jimly Asshiddiqie menegaskan ICMI tidak boleh berhenti bergerak dan harus terus bekerja.
"Ibu kota negara (IKN) kita akan pindah ke Kaltim, disini harus diantisipasi segala kemungkinan," tegas Jimly saat menyampaikan sambutan secara virtual
saat pelantikan Majelis Pengurus Wilayah ICMI Kalimantan Timur Periode 2019-2024 dan Dialog Keumatan dan Kebangsaan di Ruang Ruhui Rahayu Kantor Gubernur Kaltim, Rabu (3/11).
Antisipasi yang dimaksud Jimly salah satunya ialah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang cerdik dan cendekia.
Lanjut Jimly, perpindahan IKN dari Kota Jakarta ke Penajam Paser Utara (PPU) tentu memerlukan persiapan yang cukup.
"ICMI harus berkontribusi maksimum dan harus digerakkan oleh kaum cendekiawan," tuturnya.
Ia menegaskan ICMI sendiri besar makna kehadirannya apabila difungsikan sebaik-baiknya.
"Kaum cendekiawan dibutuhkan oleh negara dan juga membutuhkan partnership dengan pemerintah supaya aktif dan tidak terjebak dalam politicking," katanya.
Sementara itu, Gubernur Kaltim H Isran Noor mengatakan Kaltim selalu patuh kepada negara ini.
Meskipun memiliki banyak kekayaan dan prestasi, Isran menyebut tidak ada yang namanya Kaltim ingin merdeka sendiri.
Ia menegaskan seluruh masyarakat harus memahami mengapa IKN bisa sampai dipindahkan.
"1960 sebenarnya Presiden pertama sudah berencana memindahkan IKN ke Kalimantan Tengah (Kalteng), meskipun pada tahun itu tidak ada tanda-tanda Jakarta kumuh, macet dan sebagian menjadi sinking land atau lahan menurun," bebernya.
Ketua ICMI Kaltim Syaharie Jaang menambahkan, yang terpenting ialah bagaimana mempersiapkan diri dengan baik khususnya SDM untuk memberikan suatu masukan dan mendiskusikan.
"Bagaimanapun kerangka dasar kita tetap Negara Kesatuan Republik Indonesia," ucapnya.
Ia menegaskan SDM di Kaltim sebenarnya tidak kekurangan, hanya saja partisipasi wanitanya yang masih kurang.
"Kita ingin menunjukkan intelektual muslim perempuan di Kaltim juga banyak yang potensial baik di akademisi maupun birokrasi," jelasnya.