Balikpapan (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meresmikan pengembangan Lapangan Merakes di Wilayah Kerja (WK) East Sepinggan di Kalimantan Timur, Selasa (8/6).
Kontraktor Kerjasama (KKKS) Eni East Sepinggan yang mengelola lapangan tersebut mengucurkan dana senilai 1,3 miliar dolar AS. Proyek yang dimulai sejak April lalu itu ditarget memproduksikan gas sebanyak 368 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada masa puncaknya.
Lapangan Marakes adalah pengembangan lapangan gas laut dalam di lepas pantai Kutai Basin dengan kedalaman air kurang lebih 1.500 m. Proyek ini juga jauhnya 40 km dari fasilitas produksi terapung Eni East Sepinggan di Lapangan Jangkrik, atau saat ini sebagai jarak terjauh sebuah sumur migas dari fasilitas pengolahannya.
“Pengembangan Lapangan Merakes ini mendukung peningkatan produksi migas dan mendukung pemenuhan gas dalam negeri,” kata Menteri Arifin Tasrif.
Diketahui, produksi Lapangan Merakes akan memperpanjang umur operasi kilang LNG Bontang. Gas dari Lapangan Merakes dan Lapangan Jangkrik akan disalurkan melalui pipa ke Bontang untuk diolah guna kebutuhan dalam negeri sebesar 117 MMSCFD pada tahun 2022–2025.
Kepala Satuan Kerja Khusus (SKK) Minyak dan Gas Dwi Soetjipto mengatakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebab wabah COVID-19 sempat mengakibatkan pembangunan Proyek Merakes terhenti. Namun kemudian pekerjaan kembali dilanjutkan dengan protokol kesehatan yang ketat. Bahkan 8,6 juta jam kerja selama proyek ini dilalui tanpa adanya kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan jam kerja.
“Kami sebagai insan hulu migas layak berbangga, karena yang telah kita lalui itu bukanlah pekerjaan mudah,” kata Dwi.
Membaiknya harga minyak dunia yang lebih cepat dari perkiraan, bahkan pada minggu ini sempat berada di kisaran 70 dolar AS per barel, diharapkan menjadi angin segar bagi keberlangsungan investasi hulu migas.
“Tentu saja, tantangan akan selalu ada, oleh karena itu mari bergandeng tangan agar dapat melalui masa sulit ini bersama-sama demi tercapainya visi bersama Indonesia di tahun 2030 yaitu produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 BSCFD (billion standard cubic feet per day),” kata Dwi.
Menteri Arifin juga menyampaikan bahwa gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang mempunyai peranan penting dalam mewujudkan ketahanan energi di tanah air. Saat ini, porsi gas bumi dalam bauran energi nasional sekitar 19 persen dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, porsi gas itu ditargetkan meningkat menjadi 22 persen pada tahun tahun 2025.