Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Dampak debu yang diduga berasal dari aktivitas tambang batu bara di Desa Jembayan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, dirasakan warga hingga radius tiga kilometer.
"Saat masuk kantor setelah libur, ruangan saya juga sempat dipenuhi debu berwarna hitam. Padahal, jarak kantor desa dengan aktivitas perusahaan tambang batu bara sekitar tiga kilometer," ungkap Sekretaris Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Mahmud, Kamis.
Berdasarkan data kependudukan pada 2011, lanjut Mahmud, tercatat lebih 6.000 jiwa warga yang tinggal di Desa Jembayan.
Umumnya warga Desa Jembayan kata dia bekerja sebagai petani sebagian PNS dan pekerja pada tiga perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di daerah itu.
Bukan hanya SMN 2 Loa Kulu lanjut Mahmud yang terkena dampak debu itu, namun sebagian besar warga merasakannya.
"Penanganan teknis yakni bagaimana agar debu tersebut tidak lagi menggangu warga itu prioritas utama yang harus dilakukan. Terkait masalah debu yang menyebabkan aktivitas SMPN 2 Loa Kulu terganggu, kami melihat sudah ada itikad baik dari perusahaan namun sejauh ini belum ada titik temu mengenai kompensasi atas dampak debu tersebut," kata Mahmud.
Pihak Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara lanjut Mahmud telah melakukan beberapa kali mediasi dengan warga khususnya pihak sekolah namun sejauh ini belum ada kesepakatan dengan perusahaan.
Sementara, salah seorang warga Desa Jembayan, Mulyadi mengatakan, dampak debu diduga berasal dari aktivitas tambang batu bara itu dirasakan oleh hampir semua warga di desa itu.
"Memang yang paling parah SMPN 2 Loa Kulu tapi dampak dari debu itu dirasakan oleh hampir seluruh masyarakat. Debu itu akan terlihat menggulung ke udara sekitar pukul 14.00 hingga 15.00 Wita dari 'stok pile' perusahaan tambang batu bara yang jaraknya hanya beberapa meter dari kawasan pemukiman," kata Mulyadi.
Warga lanjut dia juga belum melihat keseriusan pihak perusahanan dalam mennangani masalah debu tersebut.
"Beberapa kali pertemuan namun kami belum melihat upaya serius dari perusahaan dalam mengatasi masalah debu ini," ungkap Mulyadi. (*)