Penajam (ANTARA) -
Hariadi, 42 tahun, produsen gula kelapa (gula merah) di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, mengaku tidak sanggup memenuhi permintaan pasar sebesar 4 kuintal per bulan, sehingga ia menolak permintaan tersebut karena minimnya tenaga kerja.
"Pernah ada pedagang dari Balikpapan yang datang ke sini untuk memesan gula merah dari kelapa sebanyak 4 pikul (4 kuintal) setiap bulan, tapi saya pikir kami akan kesulitan memenuhi karena tidak punya pekerja khusus, jadi saya tolak permintaan itu," ucap Hariadi di Waru, Senin.
Selama ini dalam rumah produksi gula kelapa di rumahnya yang terletak di Kelurahan Waru, Kecamatan Waru, hanya ada dua pekerja, yakni dia dan istrinya, sementara untuk mencari pekerja lain belum ada, sehingga ia tidak mungkin mampu melayani permintaan pasar yang mencapai 4 kuintal per bulan.
Saat ini, lanjut Hariadi, rata-rata produksi gula merah yang ia buat berada di kisaran 14-17 kg per hari. Sementara harga jualnya adalah Rp18 ribu per kilogram (kg).
Sementara untuk produksi gula semut (pengembangan dari gula merah), ia pun bisa membuatnya berdasarkan pesanan karena pasar gula semut masih terbatas. Untuk gula semut sendiri harganya lebih tinggi ketimbang gula biasa, yakni mencapai Rp30 ribu per kg.
Jumlah produksi gula merah tergantung pada kualitas nira yang dipanen sesuai musim. Jika musim kemarau, maka dari 30 pohon kelapa yang ia ambil niranya, dapat menghasilkan gula merah sekitar 16-17 kg, sementara di musim hujan hanya menghasilkan gula merah sekitar 14 kg.
Untuk penjualan, lanjut dia, selama ini tidak pernah kesulitan karena sudah banyak orang yang datang ke rumahnya untuk membeli gula merah. Kalau tidak habis di rumah, maka tinggal dijual ke pasar, baik Pasar Petung maupun Pasar Waru.
Sementara Lurah Waru, Zulfahmi Ahmad Sabraniti saat dikonfirmasi mengenai produsen gula merah yang tidak sanggup memenuhi permintaan pasar hingga 4 kuintal per bulan itu, ia mengaku telah membuat formula mencari tenaga kerja agar produksinya bisa lebih banyak.
"Ada beberapa pola yang kami siapkan untuk memenuhi permintaan pasar, pertama adalah menyemangati pengangguran atau anak-anak muda di Waru untuk tidak gengsi memproduksi gula merah. Pola kedua adalah mencari pekerja dari luar Waru, untuk bekerja di sini," ucap Zulfahmi.