Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Tim Disaster Victim Identification (DVI) akhirnya menyerahkan jenazah keempat korban pesawat PA-31 Piper Navajo Chief Tain milik PT Intan Angkasa yang ditemukan hancur di Gunung Mayang, Kabupaten Kutai Timur, kepada pihak keluarga.
Penyerahan jenazah yang berlangsung di Kamar Mayat RSUD AW. Sjahranie Samarinda, Kalimantan Timur, pada Jumat siang sekitar pukul 10.30 Wita itu dipimpin langsung Ketua Tim DVI, Komisaris Besar dr. Budi Heryadi, didampingi Wakapolresta Samarinda, Ajun Komisaris Besar Fadjar Abdillah, dua ahli forensik RSUD AW Sjahranie Samarinda yakni dr Darby C Tombokan dan dr Daniel serta Chief Pilot PT Intan Angkasa, Widi Kurniawan.
Dari pantauan, sejak Jumat pagi sekitar pukul 07.30 Wita, beberapa keluarga korban pesawat Piper Navajo Chief Tain, terlihat sudah berada di ruang tunggu kamar mayat RSUD AW Sjahranie Samarinda.
Istri korban pesawat jatuh yang berkewarganeragaan Australia yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, Litha serta pihak keluarga dari surveyor Jandri Hendrizal juga terlihat ikut menunggu jasad suaminya yang masih diidentifikasi melalui pencocokan hasil uji DNA.
Namun, istri dan keempat anak serta adik dari pilot pesawat PA-31 Piper Navajo Chief, Capt Marshal Basir, tidak terlihat pada penyerahan jenazah tersebut padahal sejak awal proses identitifikasi berlangsung yakni pada Senin (27/8) terlihat berada di ruang tunggu kamar mayat RSUD AW. Sjahranie Samarinda.
"Hari ini (Jumat) kami (Polresta Samarinda) telah menerima empat jenazah korban pesawat Piper dari DVI selanjutnya keempat mayat korban tersebut akan kami serahkan ke pihak keluarga yang diwakili oleh PT Intan Angkasa Air Service. Jadi secara resmi, keempat jenazah itu akan menjadi tanggung jawab oleh pihak perusahaan," ungkap Wakapolresta Samarinda, Ajun Komisaris Besar Fadjar Abdillah.
Ketua Tim DVI pesawat jatuh, Komisaris Besar, dr. Budi Heryadi memastikan, keempat jenazah korban pesawat Piper tersebut berhasil diidentifikasi melalui uji DNA.
"Kami dari DVI berhasil mengidentifikasi keempat jenazah korban melalui pengambilan sampel DNA dari pihak keluarga dalam hal ini anak dan istri kemudian mencocokkan dengan jasad korban. Proses uji DNA itu baru selesai pada Kamis malam (30/8) selanjutnya pagi ini (Jumat) kami cocokkan dengan jenazah korban dan berdasarkan pencocokan tersebut kami pastikan sudah teridentifikasi semuanya," kata Budi Heryadi yang juga Kabid Dokkes Polda Kaltim.
Proses identifikasi lanjut Budi Heryadi memakan waktu cukup lama karena kondisi jenazah sudah rusak akibat hangus terbakar.
"Kondisi keempat jenazah rusak dan sudah sulit dikenali sehingga kami berusaha mengidentikasi beberapa bagian lalu dimasukkan ke dalam kantong jenazah," ungkap Budi Heryadi.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomor registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International itu, sedang melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat (24/8) pagi sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang, yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, diketahui `take off` atau lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat pagi sekitar pukul 07.51 Wita, dan dipastikan hilang pada Jumat siang sekitar pukul 13.51 Wita.
Pesawat buatan Amerika pada 1978 itu akhirnya ditemukan dalam kondisi hancur dan terbakar di lereng Gunung Mayang, Kabupaten Kutai Timur, pada Minggu (26/8) sekitar pukul 17. 25 Wita.
Tiga penumpang dan pilot pesawat itu tewas dan mayatnya langsung dievakuasi ke RSUD AW Sjahranie Samarinda pada Senin (27/8) dinihari sekitar pukul 02.55 Wita untuk proses identifikasi. (*)