Penajam (ANTARA) - Pola belajar percakapan Bahasa Inggris di Kampung Inggris Lawe-Lawe, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, yang sudah digratiskan sejak Juli 2017, yayasan pengelolanya tetap berkomitmen menggratiskan dalam usaha memajukan daerah.
"Meski nanti warga belajarnya bukan hanya anak-anak seperti sekarang, tapi juga akan diikuti oleh orang dewasa dan umum, kami akan upayakan tetap gratis seperti sekarang," ujar Ketua Pengurus Yayasan Sansis Chlidren Village dan Pusat Kreativitas Masyarakat, Sandry E di Penajam, Senin.
Tanpa adanya pungutan biaya dari warga belajar, karena pihaknya telah menjalankan dan merancang beberapa program.
Pola ini pula yang telah dilakukan sejak tahun 2017 lalu, yakni tutornya adalah volunteer (relawan) sehingga dalam menularkan ilmunya didasarkan pada keikhlasan dan semangat pengabdian.
Lebih dari dua tahun, lanjutnya, hanya dia dan Siska yang menjadi tutor Bahasa Inggris meski lokasinya masih menumpang di Pendopo Kelurahan Lawe-Lawe.
Kemudian mulai Februari tahun ini ditambah satu relawan tutor yang merupakan Pendamping Desa pada Program Pembangunan, Pemberdayaan Kelurahan dan Perdesaan Mandiri (Pro-P2KPM) Kabupaten PPU.
Saat ini, lanjut dia lagi, sambil menunggu pembangunan sarana dan prasarana Kampung Inggris tuntas pada Agustus 2020, proses belajar conversation masih menumpang di Pendopo Kelurahan Lawe-Lawe terus berjalan. Namun akan pindah ke lokasi sendiri pada Agustus mendatang.
Terkait dengan proses belajar yang tanpa adanya pengutan dari peserta didik, maka program yang dirancang antara lain akan ada relawan yang kehadirannya di Kampung Inggris Lawe-Lawe akan diatur oleh pihaknya, sehingga mereka akan mengajar secara bergantian dengan jadwal yang diatur pengelola Kampung Inggris.
Ia juga mengatakan, para relawan tersebut akan turut membantu perekonomian warga setempat, karena relawan mendapat biaya makan dan minum dari LSM/NGO yang menugaskan ke Lawe-Lawe, namun tidak ada anggaran untuk menginap di hotel sehingga mereka akan menginap di rumah warga.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non Government Organization (NGO) tersebut ada yang dari dalam negeri, ada pula yang datang dari luar negeri seperti dari Amerika dan Australia.
"Para relawan tutor Bahasa Inggris dari NGO ini tidak menginap di hotel karena memang tidak ada anggaran untuk hotel, sehingga mereka akan mondok di rumah warga dengan uang untuk makan dan minum akan diserahkan guna dikelola oleh pemilik rumah," kata Sandry.