Samarinda (ANTARA) - Komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Timur mendesak Menteri Perhubungan untuk berbagi tugas mengatasi kondisi darurat di Bandara APT Pranoto Samarinda, Kalimantan Timur.
Ketua Komisi III Agus Suwandi di Samarinda, Sabtu, mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi Kaltim telah menyiapkan pembiayaan perbaikan jalur runway Bandara APT Pranoto Kota Samarinda melalui APBD Perubahan Kaltim 2019.
Oleh sebab itu, pihaknya meminta Kemenhub untuk menanggung pemasangan lampu penerang di kanan -kiri runway agar tidak ada lagi hambatan bagi pesawat mendarat saat cuaca buruk.
"Saya sudah kontak Kepala UPBU (Unit Pengelala Bandar Udara) APT Pranoto, Pak Dody dan Kadishub Kaltim, Pak Salman Lumoindong untuk bicara dengan Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub memasang lampu di runway,” ungkap Agus.
Menurut Agus, dalam percakapan kepala UPBU APT Pranoto, ketiadaan lampu di runway saat ini sudah diberitahukan ke Ditjen Perhubungan Udara, kemudian, lampu runway yang dulu di Bandara Temindung telah diperiksa apakah bisa dipindah atau dipasangkan di APT Pranoto.
"Tapi saya yakin, kalaupun lampu runway di Bandara Temindung dipindah ke APT Pranoto, juga tidak mencukupi, sebab runway di APT Pranoto panjangnya 2.250 meter, sedangkan Bandara Temindung panjang runway-nya hanya 900 meter,” ujarnya.
Agus mengungkapkan, ketiadaan lampu di runway APT Pranoto murni kesalahan Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub.
Hal ini berdasarkan rapat kerja terakhir antara Komisi III DPRD Kaltim dengan Dishub Kaltim dan UPBU, Oktober 2018 sudah ditanyakan Komisi III siapa yang mendanai pembelian lampu runway.
Dan saat itu lanjut Agua telah dijawab UPBU dan Dishub Kaltim dananya nanti dari APBN melalui Ditjen Perhubungan Udara.
“Kalau saat itu dijawab pembelian lampu dari APBD Kaltim, masih bisa dianggarkan di APBD-Perubahan Kaltim 2018. Sekarang semuanya jadi berantakan,” ucapnya.
Agus mengatakan bahwa cuaca buruk seperti sekarang akan berlangsung hingga bulan Maret di Samarinda. Kalau tidak ada lampu di runway, kekacauan penerbangan di Samarinda akan terjadi selama 2,5 bulan.
Ia mengingatkan, lampu runway sangat vital untuk keselamatan penerbangan. Ketiadaan lampu itu sangat memalukan dan menimbulkan kekacauan di bandara, penumpang dirugikan.
"Penumpang yang seharusnya diturunkan di Samarinda, diturunkan di Balikpapan, sudah cost bertambah, penumpang juga kehilangan waktu banyak naik angkutan dari Balikpapan ke Samarinda,” ujar Agus.