Balikpapan (ANTARA) - Ketua Umum Bhayangkari Ny Tri Suswati Tito Karnavian bersama Wakilnya Ny Putri Ari Dono dan pengurus Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE) Ny Uga Wiranto mengadopsi tiga anak orangutan yang dipelihara Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOS) di Samboja Lestari, Samboja, 50 km utara Balikpapan.
Adopsi bayi orangutan tersebut untuk memeringati Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari, persatuan para istri anggota polisi Republik Indonesia yang dilakukan di Balikpapan, Rabu. Oleh orang tua pengadopsinya, ketiga anak orangutan diberi nama Cinta, Bony, dan Bondan Prakoso. Yayasan BOS lantas mengeluarkan sertifikat adopsi.
Seperti halnya adopsi pada anak manusia, orang tua adopsi memberikan donasi.
“Semoga dengan kegiatan ini bisa membuka mata ibu-ibu kita semua bahwa ada kegiatan yang sangat mulia yang dilakukan oleh BOS dibantu BKSDA untuk melestarikan fauna Indonesia,” kata Ny Tri Suswati Karnavian.
BKSDA adalah Balai Konservasi Sumber Daya Alam, lembaga pemerintah di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mengampanyekan pelestarian alam, termasuk di dalamnya flora dan fauna.
Di Samboja Lestari, Yayasan BOS memelihara orangutan Kalimantan Timur (Pongo pygmaeus morio) agar kembali dapat dilepasliarkan ke alam bebas. Sebelumnya orangutan-orangutan yang sampai ke BOS mengalami pengalaman-pengalaman yang mengenaskan, seperti induknya dibunuh, dipelihara sebagai hewan peliharaan dengan tidak semestinya, seperti dirantai lehernya, dipukul, atau diberi makan makanan manusia.
“Yang paling parah itu juga turut tertular penyakit manusia, seperti tuberkolosis,” kata CEO Yayasan BOS Dr Jamartin Sihite.
Di Samboja Lestari, orangutan coba disembuhkan sakit dan traumanya, dan perlahan ditumbuhkan kembali naluri liarnya agar bisa hidup mandiri di alam bebas.
“Kami mengajari anak orangutan memanjat, memilih pakan, sampai membuat sarang,” lanjut Dr Sihite.
Keterampilan itu harus diajarkan karena bayi orangutan tidak serta merta menguasainya seperti ikan langsung bisa berenang atau anak kuda segera bisa berjalan dan berlari beberapa saat setelah dilahirkan.
Dr Sihite menjelaskan, sebagai bayi primata, anak orangutan tergantung lama pada induknya, atau pengasuhnya untuk mengajari keterampilan-keterampilan bertahan hidup tersebut.
“Padahal induknya mati dibunuh, atau anaknya itu dipisahkan dari induknya. Perlu waktu bertahun-tahun bagi setiap orangutan untuk bisa siap dilepaskan kembali ke alam bebas,” kata Dr Sihite.
Pada kesempatan yang sama Ketua Umum Bhayangkari juga melepas konvoi mobil pembawa empat orangutan yang akan dilepasliarkan ke hutan Kehje Seven di Kutai Timur. Hutan itu berjarak tak kurang dari 600 km dari Samboja Lestari dan menjadi tempat pelepasliaran orangutan sejak 2012.
“Kelompok ini menggenapi individu pelepasliaran kami hingga yang ke-402, dan yang ke-107 di Hutan Kehje Sewen,” kata Dr Sihite.