Tanjung Redeb (ANTARA News Kaltim) - Bara Jaya Utama (BJU), salah satu perusahaan tambang batu bara di Kecamatan Teluk Bayur Kabupaten Berau, membangun pondok pesantren bagi masyarakat setempat.
"Saat ini, proses pembangunan pondok itu telah mencapai 80 persen dan diperkirakan awal Januari 2012 sudah rampung, baik bangunan maupun mebel di dalamnya," kata Hendri dari manajemen BJU di Tanjung Redeb, Berau, Rabu (7/12).
Pondok Pesantren tersebut nantinya akan ditempati sekitar 30-40 orang anak yatim piatu. Lokasi pondok pesantren tak jauh dari Bandara Kalimarau, yaitu di Jalan Cut Nyak Dien.
Pembangunan pondok itu, kata Hendri, merupakan realisasi dari amanah yang disampaikan kerabat dari pimpinan manajemen BJU, yang meminta perusahaan merealisasikan pembangunan pondok.
"Ini semacam wasiat yang harus dilaksanakan demi pengabdian masyarakat khususnya bagi warga yatim-piatu" ungkap Hendri.
Karena itu, pondok pesantren itu diberi nama Al-Masyiah, sesuai nama kerabat pimpinan manajemen BJU yang menyampaikan amanat tersebut.
Setelah selesai, pengelolaannya akan diserahkan kepada lembaga yang memang bidangnya mengurus pondok dengan penghuninya serta berbagai program yang akan dilaksanakan.
Bangunan yang di lokasi yang cukup sejuk dan berada di sekitar perkampungan warga itu, diperkirakan menghabiskan biaya sekitar Rp2 miliar.
Bangunan itu, katanya, dilengkapi ruang tidur dan tempat belajar, khususnya bagi yatim-piatu yang masih dalam tahap sekolah.
Pengasuh pondok yang akan memberikan bimbingan kepada penghuni pondok tersebut juga disediakan tempat khusus.
BJU, kata Hendri, telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi daerah dan warga sekitar lokasi tambang, baik melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) maupun program yang dilakukan di luar CSR tersebut.
Menurut dia, dalam beberapa tahun program di luar CSR sudah disiapkan perusahaan seperti telah mengirim warga sekitar tambang untuk menunaikan ibadah haji, melalui paket haji plus.
Selain itu, karena alasan menunggu haji reguler yang cukup lama, program lainnya mengirim warga melaksanakan ibadah umroh.
"Jumlahnya lebih dari 20 orang. Kegiatan pengiriman warga untuk menunaikan ibadah itu di luar program CSR," kata Hendri. (*)
