Ujoh Bilang, (Antaranews Kaltim) - Berkat berbagai langkah yang ditempuh oleh pihak terkait di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), sebuah kawasan perbatasan negara di Provinsi Kalimantan Timur, sekarang tinggal dua pemukiman saja yang masih blankspot alias belum memiliki jaringan telekomunikasi.
"Dua pemukiman yang masih blankspot itu berada di Kecamatan Long Pahangai, yakni di Kampung Long Pakaq dan di pemukiman Sungai Nyaan," kata Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian (Diskominfostandi) Kabupaten Mahulu, Nasution Hibau Djaang di Ujoh Bilang, Sabtu.
Untuk bisa menikmati layanan telekomunikasi nirkabel bagi masyarakat di dua pemukiman tersebut, tahun lalu pihaknya sudah mengusulkan ke Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan informatika (Kemenkominfo), bahkan usulan itu sudah masuk dalam program "last mile" tahun ini.
Menurut dia, kecuali dua pemukiman tersebut, saat ini semua kampung di Mahulu sudah bisa mendapatkan layanan telekomunikasi nirkabel meski belum semuanya mendapat layanan internet, namun hal ini merupakan perkembangan yang cukup cepat karena tahun-tahun sebelumnya masih banyak yang blankspot.
Didampingi Kabid Infrastruktur Teknologi Informasi dan Telematika, Evodius Awang, Hibau menuturkan bahwa banyaknya kawasan yang sudah merasakan percakapan jarak jauh ini karena tahun 2018 BAKTI Kemenkominfo melalui Program USO membangun 10 menara BTS telekomunikasi.
Sebanyak 10 BTS itu tersebar di 10 kampung dan mampu melayani kampung lain yang berdekatan. Lokasi 10 BTS ini berada di Kampung Long Gelawang, Nyaribungan, Tri Pariq Makmur, Batoq Kelo, Long Lunuk, Naha Aruq, Long Pahangai, Tiong Ohang, Lirung Lahung, termasuk di Pos Perbatasan RI-Malaysia dengan kapasitas jaringan 2G, bahkan bisa untuk WhatsApp (WA).
Saat ini, lanjut Hibau Djaang, jumlah menara telekomunikasi di Mahulu sebanyak 31 unit dengan rincian 13 unit merupakan menara telekomunikasi BTS dari Program Universal Service Obligation (USO) Kemenkominfo, sementara sisanya merupakan menara telekomunikasi milik pemerintah dan menara telekomunikasi milik operator seluler.
"Dari 31 menara telekomunikasi tersebut, baru ada dua menara yang telah terpasang jaringan 4G/3G, sisanya masih 2G. Namun pelayanan telekomunikasi terus kita kembangkan, diantaranya saat ini sudah terbangun lima repeater palapa ring fiber optik, bahkan perangkatnya seperti power cube dan transmisi backbone sudah terinstal," ucap Hibau.
Fiber optik tersebut, lanjut mantan Kabag Humas dan Protokol Mahulu ini, fungsinya tentu untuk melayani kebutuhan internet yang memungkinkan akses kecepatan 4G dengan kapasitas 30 Mbps.
Sementara untuk kawasan terpencil yang sulit dijangkau dengan fiber optik dan BTS untuk memberikan layanan internet bagi masyarakat, maka pihaknya memiliki solusi yakni dengan pemanfaatan satelit.