Samarinda, (ANTARA Kaltim) - Hadi Sunoto, seorang anggota TNI berpangkat Kopral Satu di Kesatuan Kodim 0901/Samarinda, Kalimantan Timur, berhasil mengembangkan tanaman cabai di lahan kosong dekat tempat tinggalnya dan sudah beberapa kali panen.
"Lahan yang saya tanami cabai besar ini merupakan tanah milik TNI seluas 10 x 30 meter di Perumahan Korem Graha Wiratama Samarinda. Ini kan lahan tidur, jadi saya berani gunakan untuk tanam cabai," ujarnya di Samarinda, Senin.Selain tanaman utama cabai karena hasilnya lumayan dan membantu program pemerintah menggalakkan tanaman cabai, di lahan itu ia juga menanam aneka palawija seperti jagung, kol, terong, dan kacang panjang.
Di lahan dengan luasan terbatas itu, ia budidayakan sekitar 1.200 tanaman cabai. Selain tugas utamanya mengabdi pada negara, maka dari hasil kegemarannya bertani ini ia mendapat penghasilan tambahan untuk keluarga.
Setiap panen, produksinya bervariasi, termasuk harganya juga variatif karena harga cabai selalu fluktuatif, namun jika dirata-ratakan, maka harga cabai yang ia jual ada di kisaran Rp30 ribu per kilogram (kg).
Menurutnya, puncak panen cabai pernah mencapai 90 kg sekali panen di lahan yang hanya seluas 10 x 30 itu, bahkan luasan tersebut sudah dikurangi dengan tanaman lain yang juga dikembangkan.
Hasil panen cabai ia jual kepada tengkulak di Pasar Segiri dan Pasar Ijabah Samarinda dengan harga Rp30 ribu per kg.
Jika hasil penennya yang pernah mencapai 90 kg, maka penghasilan Hadi mencapai Rp2,7 juta sekali panen. Tentu saja hasil ini harus dipotong biaya operasional.
Ia menuturkan bahwa modal yang dikeluarkan untuk menanam 1.200 cabai sekitar Rp4 juta dan bisa berkali-kali panen. Sedangkan sekarang sudah 8 kali tanam, untuk satu kali tanam, butuh waktu sekitar 3 bulan baru bisa panen pertama.
Di sisi lain, ia juga mengeluhkan kesulitan untuk memperoleh pupuk bersubsidi, mengangat untuk bisa beli pupuk bersubsidi, lebih dulu harus masuk kelompok tani, sementara di sekelilingnya tidak ada petani lain, sehingga diharapkan bantuan dari dinas terkait.
Ketertarikannya menanam cabai karena harga cabai relatif tidak pernah turun, bahkan cenderung naik, apalagi di kesatuannya juga dianjurkan menanam cabai dalam pot di rumah karena harga cabai yang terus meroket.
"Selama ini cabai yang dikonsumsi warga Samarinda, bahkan warga Kaltim, sebagian besar masih didatangkan dari luar daerah. Maka dengan adanya sedikit produksi cabai yang saya tanam, paling tidak bisa mengurangi inflasi cabai yang dibeli dari luar daerah," katanya. (*)