Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Bank Indonesia Perwakilan Balikpapan, Kalimantan Timur, memperluas program menanam cabai dalam tajuk Sekolah Peduli Inflasi pada 2017 dengan melibatkan 30 sekolah dan pondok pesantren di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara.
"Jadi, sekarang ada 60 Sekolah Peduli Inflasi yang terlibat," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan Suharman Tabrani dihubungi di Balikpapan, Senin.
Sebelumnya pada 2016, terdapat 30 SMA dan SMK di Balikpapan yang terlibat program Sekolah Peduli Inflasi, kemudian pada 2017 ditambah lagi 20 SMP dan lima pondok pesantren di Balikpapan, serta lima SMA/SMK di Penajam Paser Utara.
Sebagai penggagas, BI membagikan bibit tanaman cabai, membuat pelatihan bagaimana bertanam cabai, dan pendampingan saat bibit-bibit itu mulai ditanam di sekolah dan pesantren tersebut.
"Untuk tahun ini kami juga berikan pelatihan kewirausahaan," tambah Kepala Perwakilan BI Balikpapan.
Menurut ia, pelatihan kewirausahaan itu dianggap perlu, sebab apabila diusahakan dengan benar, bertanam cabai oleh anak-anak sekolah ini ternyata bisa menjadi usaha yang menguntungkan.
Dalam pelatihan itu, BI membantu membuat pembukuan usaha hingga mengenalkan pasar, sementara kepada perwakilan sekolah diperkenalkan aplikasi berbasis android bernama Sistem Administrasi Pencatatan Keuangan (Siapik).
SMAN 3 Balikpapan, yang mulai mengikuti program ini pada tahun 2016, misalnya, dengan tanaman 1.300 rumpun cabai bisa meraup pendapatan hingga Rp7 juta per bulan ketika harga cabai di kisaran Rp80.000-90.000 per kilogram.
Sampai saat ini, lanjut Tabrani, cabai masih menjadi salah satu komoditas yang memberikan andil pada kenaikan inflasi di Kota Balikpapan.
Permintaan konsumen terhadap komoditas cabai cukup tinggi, namun tidak sebanding dengan jumlah pasokan. Sebagian besar kebutuhan cabai di Balikpapan dipenuhi dengan mendatangkan dari Sulawesi Selatan dan Jawa Timur.
"Kami ingin mengurangi ketergantungan masyarakat atas pasokan cabai dari luar daerah, yaitu dengan menanam sendiri," kata Suharman Tabrani. (*)