Samarinda (ANTARA Kaltim) - Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi Kalimantan Timur, Mislan mengatakan Hari Air Sedunia yang diperingati setiap 22 Maret seharusnya hanya sebagai titik awal dalam upaya menjaga kualitas air baik di sungai maupun sumber air lain.
"Hari Air hanya sebagai titip awal saja, karena karena tidak ada satu makhluk pun yang bisa hidup tanpa air," ucapya di Samarinda, Kamis.
Peringatan Hari Air penting guna mengingatkan semua tentang bagaimana pentingnya air bagi kehidupan, tapi yang jauh lebih penting adalah tindakan apa yang harus dilakukan setelah peringatan ini, tegasnya.
Dalam peringatan Hari Air Sedunia merupakan salah satu cara untuk menggugah kesadaran masyarakat dan pemerintah agar bersama menjaga kualitas air, sehingga pejabat terkait kemudian membuat program terkait upaya apa saja yang dilakukan, kemudian masyarakat akan membantu setelah tergugah kesadarannya.
Hal utama yang perlu dilakukan semua pihak adalah harus mampu mewujudkan sungai bersih dari limbah dan aneka jenis sampah, seiring dilakukannya pemberdayaan sumberdaya yang ada, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam dalam DAS.
Sungai, katanya, harus layak di segala hal baik airnya layak dikonsumsi, sungainya layak dinikmati maupun layak dijelajahi sehingga dampaknya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Fungsi DAS dan sungainya itu sendiri, menurutnya luar biasa bagi manusia sehingga jangan sampai dirusak karena keberadaannya bisa memfilter berbagai jenis racun, menahan limpasan air hujan, dan tempat berbagai jenis ikan berkembang yang perannya mampu menyejahterakan warga, asalkan sungainya dijaga kualitasnya.
Sedangkan terkait sungai yang layak jelajah, lanjutnya, perannya justru sangat strategis bagi program pemerintah yang ingin menjadikan destinasi wisata, karena sungai yang dijaga keindahannya dan tidak jamban, tidak ada rumah pemotongan hewan, tidak ada sampah, maka mampu menarik minat wisatawan menjelajahi.
Namun fakta sampai sekarang berkata lain, karena umumnya sungai di Kaltim masih banyak jamban dan masih dijadikan tong sampah, sehingga kondisi ini tentu menghilangkan kualitas air dan mengurangi keindahannya sehingga tidak layak jelajah.
"Sungai Karang Mumus Samarinda contohnya, masih banyak jamban yang berderet di badan sungai, bahkan di Pasar Segiri masih banyak rumah potong ayam di badan sungai, termasuk sampah yang masih dibuang ke sungai dan bau yang menyengat sehingga sungai ini tidak laik untuk apapun," tuturnya.
Kondisi ini juga diperparah oleh aktivitas manusia yang terus menjarah sungai, yakni selain membangun rumah di atas sungai juga di kawasan hulu terjadi pematokan badan sungai yang sesungguhnya kawasan itu adalah milik sungai karena termasuk DAS.
"Warga harus sadar bahwa selama ini mereka sudah memanfaatkan sungai secara gratis sehingga harus berterimakasih kepada sungai, caranya adalah jangan melakukan pengrusakan terhadap DAS. Jika sungai rusak, maka bencana banjir pasti datang dan ekonomi juga lumpuh," ujar Mislan. (*)