Samarinda (ANTARA Kaltim) - Inflasi di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 4,89 persen sepanjang tahun 2015 merupakan angka terendah kedua dibandingkan dengan provinsi lain di Kalimantan, sehingga daerah ini dinilai berhasil mengendalikan laju inflasi.
"Angka inflasi tersebut masih dalam interval target indikatif sebesar 4+1 persen. Tidak melonjaknya inflasi karena peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang aktif," ujar Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kaltim Mawardi Ritonga di Samarinda, Senin.
Di regional Kalimantan, lanjut Mawardi, inflasi Kaltim menempati posisi terendah kedua setelah Kalteng yang tercatat 4,74 persen. Sementara inflasi di Kalsel dan Kalbar berada di atas inflasi Kaltim, masing-masing 5,14 persen dan 5,79 persen.
"Meski demikian, inflasi yang terjadi di seluruh provinsi di Kalimantan, masih berada di atas realisasi inflasi nasional yang sebesar 3,35 persen," kata Mawardi.
Dia melanjutkan, batas bawah target inflasi adalah 3 persen (yoy), sedangkan batas atasnya adalah 5 persen.
Pencapaian inflasi Kaltim pada 2015 lebih rendah ketimbang inflasi selama tiga tahun terakhir, yaitu pada 2014 sebesar 7,66 persen, pada 2013 sebesar 9,65 persen, dan pada 2012 sebesar 5,60 persen.
Jika dirinci per komoditas, katanya, kelompok pangan bergejolak (volatile foods) mengalami inflasi terbesar yang mencapai 9,72 persen atau meningkat dibandingkan inflasi kelompok serupa pada 2014 sebesar 7,67 persen.
"Penyebab utamanya adalah masih rentannya risiko kenaikan harga pangan di Kaltim. Hal ini terjadi lantaran kapasitas produksi dalam provinsi yang masih kurang," ujarnya.
Kemudian akibat dari ketergantungan yang masih tinggi terhadap pasokan dari provinsi lain, termasuk akibat rantai pasok benih dan sistem distribusi pangan yang masih perlu ditingkatkan.
Sementara itu, inflasi pada kelompok komoditas yang dikendalikan pemerintah sepanjang tahun 2015 mengalami penurunan tajam, yakni dari 15,64 persen pada 2014 menjadi 2,01 persen pada 2015.
Hal ini terjadi karena adanya berbagai kebijakan pemerintah untuk penyesuaian harga energi, seiring dengan harga minyak dunia yang berada dalam tren penurunan.
Sedangkan pada kelompok komoditi inti (core), inflasi yang terjadi relatif stabil, bahkan
cenderung mereda dibandingkan tahun 2014, yakni dari 5,86 persen menjadi 4,61 persen pada 2015.
"Jika diteliti, penentu inflasi Kaltim bersumber dari stabilitas harga pangan. Oleh karena itu, pihak terkait perlu memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan pokok, penyediaan infrastruktur dan sarana logistik yang lebih baik," kata Mawardi.(*)