Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pemain tim Bali United Pusam Bayu Gatra mempertanyakan nasib para pemain dan pelatih dengan adanya keputusan PSSI untuk menghentikan semua kompotisi sepak bola 2015 dengan alasan force majeure.
"Siapa yang bertanggung jawab dengan nasib kami, apakah manajemen klub, PSSI, atau Menegpora, pastinya para pemain bola seperti kami ingin kejelasan," ungkap Bayu dihubungi dari Samarinda, Senin.
Menurut mantan pemain timnas U-23 tersebut, kontraknya dengan Bali United Pusam selama satu musim kompetisi 2015. Ia telah mendapatkan hak empat bulan gaji terhitung mulai Januari 2015, ditambah sejumlah uang muka sebelum kontrak.
Seharusnya, lanjut pria kelahiran Jember Jawa Timur itu, sesuai kontrak dirinya masih mendapatkan enam bulan gaji, karena kontrak dengan Bali United selama satu musim kompetisi dibagi sepuluh bulan.
"Terus sisa gaji enam bulan lagi, siapa yang mau membayarkan kalau kompetisi ini dihentikan, terus terang kami para pemain merasa rugi," imbuh Bayu.
Bayu mengaku dalam kontrak tertera bila alasan force majeure berhentinya kompetisi, maka hak pemain secara otomatis akan hangus.
Namun demikian ia akan berusaha untuk melakukan komunikasi dengan manajemen dan rekan-rekan tim guna mencari solusi yang terbaik.
"Mudah-mudahan ada sinyal yang bagus, bukan hanya pemenuhan hak pemain, namun kompetisi ini bisa bergulir lagi, karena ini sudah menjadi piring nasi kami," tutur Bayu.
Menurut Bayu, berbeda dengan tim Indonesia Super Liga lainnya yang sudah meliburkan bahkan membubarkan para pemainnya, manajemen Bali United tetap menginstruksikan untuk melaksanakan latihan rutin pascakeputusan PSSI menghentikan kompetisi.
"Kami memang sempat diberikan libur latihan selama tiga hari, tapi habis itu kami diminta untuk kumpul dan melaksanakan latihan lagi," tegas Bayu. (*)
Bayu Gatra : Siapa Bertanggung Jawab Nasib Pemain
Senin, 4 Mei 2015 22:22 WIB
Siapa yang bertanggung jawab dengan nasib kami, apakah manajemen klub, PSSI, atau Menegpora, pastinya para pemain bola seperti kami ingin kejelasan,"