Balikpapan (ANTARA) - Pertemuan tingkat tinggi ke-16 Council of University Presidents of Thailand (CUPT) dan Conference of Rectors of Indonesian State Universities (CRISU) untuk tahun 2025 di Kota Nusantara resmi berakhir Selasa 26/8, menandai babak baru kolaborasi akademik antara Indonesia dan Thailand.
Forum yang berlangsung selama 2 hari sejak Senin (25/8) ini diselenggarakan oleh Institut Teknologi Kalimantan (ITK) sebagai tuan rumah dan mempertemukan lebih dari 200 peserta dari 55 perguruan tinggi negeri Indonesia dan 10 universitas Thailand. Forum membahas agenda strategis yang mencakup ketahanan pangan, hilirisasi industri, dan pembangunan kota berkelanjutan.
“Melalui forum ini, kita bertukar pengetahuan dan menanam fondasi kerja sama yang lebih inklusif serta berkelanjutan, sejalan dengan visi pembangunan IKN sebagai smart forest city masa depan,” kata Rektor ITK Prof Dr Agus Rubiyanto, Selasa.
Dalam dua hari forum menghadirkan berbagai sesi pleno dan diskusi paralel yang melibatkan pimpinan fakultas dan mahasiswa dari kedua negara. Mahasiswa ITK mempresentasikan prototipe teknologi pengolahan limbah, sistem pertanian vertikal, dan solusi energi terbarukan. Delegasi Universitas Mulawarman menampilkan riset tentang transparansi rantai pasok berbasis blockchain dan sistem irigasi pintar untuk lahan marginal Kalimantan.
Pada kesempatan itu juga Kepala Otorita IKN, Dr M Basuki Hadimuljono, menyebut IKN sebagai “laboratorium hidup” yaitu wadah bagi lahirnya inovasi dan model pembangunan berbasis pengetahuan. Ketua CUPT, Prof. Wilert Puriwat dari Universitas Chulalongkorn, menyebut visi IKN sebagai forest city sebagai model yang relevan dan dapat diadaptasi oleh banyak negara.
Universitas Lambung Mangkurat dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tampil sebagai co-host dengan membawa agenda strategis ketahanan pangan dan inovasi industri berbasis riset.
Rektor Prof Ahmad Alim Bachri menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, dengan contoh program penggemukan sapi yang dikerjakan kampus bersama Polda Kalsel dan PT Gunung Antang Meratus.
Menurut Rektor Alim, model keberlanjutan tersebut dapat diadopsi secara nasional. Meski tengah menghadapi sorotan terkait jurnal predator yang melibatkan sejumlah pengajarnya, Univerasitas Lambung Mangkurat tetap memposisikan diri sebagai simpul akademik Kalimantan dengan kekuatan riset tropis dan diplomasi akademik.
Universitas Borneo Tarakan (UBT) hadir dengan tawaran konkret berupa sertifikasi halal untuk produk pertanian, terutama beras, sebagai standar mutu ekspor dan konsumsi regional.
Rektor Yahya Ahmad Zein menekankan pentingnya digitalisasi rantai pasok dan pengawasan produk lintas negara untuk menjamin transparansi dan daya saing.
Forum ditutup dengan penandatanganan sejumlah Nota Kesepahaman (MoU) antara universitas Indonesia dan Thailand, serta pertunjukan seni budaya dari ISI Yogyakarta, ISBI Kalimantan Timur, dan delegasi Thailand.
CUPT–CRISU 2025 menegaskan bahwa kampus-kampus Kalimantan, termasuk ITK, bukan hanya tuan rumah, tetapi juga pengusung gagasan transformatif yang relevan dengan tantangan global dan pembangunan nasional. ***
