Balikpapan (ANTARA) - Roselina Ping Juan mengenang hari-hari awalnya sebagai Koordinator Distrik Tanoto Foundation dengan Program PINTAR (Pengembangan Inovasi Kualitas Pembelajaran) di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Tahun 2018 ketika pertama mengunjungi SMPN-3 Tenggarong yang terletak agak di pojok belakang Kota Radja itu, Ping sempat ditolak.
”Saya dikira sales kosmetik oleh Kepala Sekolah,” kata Ping tertawa. Enam tahun kemudian, Ping sudah pindah ke Balikpapan dan menjadi Kepala Regional untuk Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Di Kota Minyak, kantor Ping juga agak di pojok belakang di pertokoan Balikpapan Baru.
Sebab dikira sales itu, dia tak langsung ditemui namun disilakan menunggu.
Sebagai perwakilan Tanoto Foundation yang adalah yayasan pendidikan, urusan Ping hari itu ke SMPN 3 Tenggarong adalah untuk mengajak sekolah bergabung dengan Program PINTAR.
Program ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pelatihan guru mata pelajaran dan kepala sekolah, serta kerja sama dengan para pihak untuk mendukung kemajuan pendidikan.
Program PINTAR dikerjakan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Seperti biasa, apalagi saat masih awal pelaksanaan program, tak semua sekolah bisa ikut atau diikutkan karena berbagai keterbatasan. Karena itu, perlu perwakilan agar bila berhasil bisa menjadi contoh dan penarik minat yang lain. Juga apabila, entah sebab apa tidak berhasil, masalahnya bisa dibatasi di satu tempat saja.
”SMPN-3 akan jadi contoh baik karena dia mudah kita jangkau. Dia juga sekolah besar dengan guru 80 orang dan murid ribuan,” kata Ping.
Ada 30 kelas dengan siswa lebih kurang 40 orang setiap kelas. Artinya tidak kurang ada 1.200 siswa, termasuk anak-anak dari pedalaman dan hulu Sungai Mahakam yang "milir" ke Tenggarong demi pendidikan dan masa depan yang lebih baik.
Ping juga berasal dari pedalaman dan kawasan hulu Sungai Mahakam, Ia seorang Bahau yang kampung aslinya di Ujoh Bilang, Long Bagun, dua hari perjalanan dari Tenggarong memudiki Mahakam.
Di sisi lain, ketika itu, Tanoto Foundation sudah memulai kerja sama untuk pelaksanaan Program PINTAR dengan Dinas Pendidikan Kutai Kartanegara. Dinas sudah mengirim surat ke sekolah-sekolah meminta kesediaan bergabung dan meminta nama sejumlah guru untuk pelatihan yang akan segera diadakan. SMPN-3 belum menjawab.
”Jadi memang saya harus datang langsung ke sekolah," ujar Ping. Sebab itu juga, hari itu Ping sabar dan mau menunggu Kepala Sekolah menyediakan waktu untuk 'sales", Ping tertawa mengenang itu.
Sambil menunggu, Ping membuka catatannya, mengingat-ingat apa yang ingin disampaikan. Satu kegiatan utama Program PINTAR adalah pelatihan untuk guru mata pelajaran.
Program ini menyediakan sesi pelatihan yang komprehensif, menyeluruh, termasuk pendampingan bagi guru.
Program ini juga mengingatkan atau menyegarkan kembali para guru atas keterampilan dan prinsip-prinsip pendidikan yang sudah pernah didapat di kampusnya dulu, yaitu fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, ini tentu melengkapinya dengan perkembangan baru dunia pendidikan.
Ada juga bagian yang paling menyenangkan, yaitu bagi-bagi ilmu dan tips metode pengajaran yang inovatif dan kreatif. Hal ini membantu guru menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan efektif untuk siswa.
Bagi kepala sekolah dibagi ilmu manajemen orang dan manajemen sekolah, termasuk ilmu administrasi sehingga ia bisa menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif. Kepemimpinan yang efektif akan memudahkan jalan menuju sukses.
"Kami melihatnya seperti itu," jelas Ping. Bahwa saat ini gurulah aktor utama penyampai ilmu. Kemudian, terutama sebab hirarki formal dan diperkuat faktor budaya dan lain-lain, kepala sekolah adalah orang yang sangat mempengaruhi guru.
Tak kalah penting, para pakar dibalik Program PINTAR membantu menentukan peran dan tanggungjawabnya pemerintah dan masyarakat atau komunitas atas kegiatan belajar-mengajar yang diurus guru dan kepala sekolah.
Termasuk komunitas di sini adalah para guru yang memiliki wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Guru (KKG), juga Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS).
Forum-forum ini adalah tempat para guru dan kepala sekolah berbagi ilmu, juga berkoordinasi bila perlu mengenai keseharian pekerjaan mereka.
Aspek penting lainnya yang disyaratkan Program PINTAR adalah peningkatan infrastruktur.
Program ini mendorong pengembangan fasilitas sekolah seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan infrastruktur penting lainnya.
Ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif bagi siswa dan guru. Infrastruktur inilah yang jadi peran pemerintah, komunitas, termasuk orangtua siswa.
Program PINTAR juga menyediakan sumber belajar digital melalui platform e-PINTAR. Sumber daya ini memberikan akses kepada guru dan siswa ke berbagai materi pendidikan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang aktif dan menarik.
"Jadi Program PINTAR Tanoto Foundation di Kalimantan Timur adalah upaya komprehensif untuk meningkatkan kualitas pendidikan," kata Ping pada kepala sekolah waktu itu.
Peningkatan kualitas dilakukan dengan cara fokus pada pelatihan guru, kepemimpinan sekolah, keterlibatan komunitas, peningkatan infrastruktur, dan penyediaan sumber belajar digital.
Seluruhnya bisa dipahami secara lebih singkat lagi. Program PINTAR adalah program yang menerapkan pembelajaran aktif, menumbuhkan budaya baca, dan meningkatkan manajemen berbasis sekolah.
Maka, jadilah SMPN-3 bergabung. Menjadi satu dari 24 sekolah di masa awal itu yang bisa diajak langsung.
Di Tenggarong, selain SMPN-3, juga ada SDN 003, juga ada sekolah-sekolah di Kecamatan Tenggarong Seberang.
Sekolah-sekolah tersebut terdiri dari sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di bawah naungan langsung Kementerian Pendidikan dan sekolah yang setingkat di bawah Kementerian Agama, yaitu madrasah ibtidaiyah dan madrasah tsanawiyah.
Program PINTAR juga dibawakan di 24 sekolah di Balikpapan, di Kota Bontang, dan di Kabupaten Paser, serta dikerjasamakan di Universitas Mulawarman dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Aji Muhammad Idris, Samarinda.
Dua kampus ini mesti diajak sebab merekalah lembaga pendidikan tenaga kependidikan alias penghasil guru di Kalimantan Timur.
Catatan Tanoto Foundation kemudian, menjadikan SMPN-3 Tenggarong menjadi satu sekolah yang paling cemerlang dalam program ini.
Apalagi kemudian ketika kepala sekolah berganti dengan Sariyani SPd yang membuat perubahan-perubahan cepat dan tak pernah terbayangkan sebelumnya, seperti bekerjasama dengan Google dan mendapatkan Chromebook untuk seluruh siswa.
"Saya mungkin jadi orang paling bahagia di luar SMPN-3," kata Ping sumringah.
Bertemu Bupati
Akhir Desember 2023, Tim Tanoto Foundation yang terdiri dari Koordinator Distrik Roselina Ping Juan, Affan Surya (Koordinator Provinsi) dan Sandra Shirley Lakembe (Spesialis Hubungan Pemerintah) menemui Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah.
Pertemuan dilakukan di Odah Etam, bahasa Kutai untuk wadah atau rumah kita, alias rumah jabatan bupati, tim menyampaikan kabar kemajuan, pencapaian, dan tantangan program percepatan peningkatan mutu pendidikan, antara lain melalui Program PINTAR.
"Kami sudah melatih 1.171 orang guru dari 24 sekolah, dan melibatkan lebih dari 10.000 siswa," kata Ping.
Ping dan timnya harus melapor ke bupati sebab program menggunakan dana yang berasal dari anggaran dinas-dinas terkait melalui program Kukar Pintar Idaman (2020-2021) dan anggaran Kementerian Agama untuk Kecamatan Loa Janan, Loa Kulu, dan Samboja.
Ada juga yang menggunakan dana tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) dari perusahaan-perusahaan tambang batubara untuk program yang dikerjakan di Kecamatan Tabang, Kembang Janggut, Marangkayu. Bahkan ada sekolah yang menggunakan dana diseminasi mandiri, seperti sekolah-sekolah di Loa Kulu, Muara Kaman, dan Tenggarong Seberang di tahun 2019.
Kabupaten Kutai Kartanegara membentang dari barat, dari kaki pegunungan penghasil batu bara di hulu Sungai Belayan di Tabang, dan dialiri Sungai Mahakam hingga 600 km lebih ke timur hingga muaranya di Selat Makassar, yang terkenal dengan sebutan Delta Mahakam.
Kecamatan-kecamatan yang berjumlah 20, sebagian besar ada di kedua sisi utara dan selatan Mahakam, selain 5 kecamatan di pesisir timur di muara dan dekat muara Mahakam.
Kemudian giliran Affan Surya menyampaikan laporan hasil pendidikan selama lima tahun terakhir di Kukar.
Kemampuan literasi siswa mulai dari 11,98 persen sampai 52,59 persen untuk tingkat SD, dan numerasi 16,87 persen sampai 51,66 persen. Untuk literasi SMP 6,41 persen sampai 52,63 persen, dan numerasinya dari 3,20 persen sampai 55,12 persen.
Tidak ditemukan data lain mengenai literasi dan numerasi untuk Kutai Kartanegara sebelum ini. Boleh dibilang, data ini adalah data literasi dan numerasi Kutai Kartanegara yang pertama dipublikasikan terbuka.
"Jadi kita melihat rentang angka yang cukup jauh," kata Affan.
Pada "kemampuan literasi siswa SMP berkisar dari 6,41 persen hingga 52,63 persen" misalnya, berarti ada kelompok siswa SMP dengan kemampuan literasi atau kemampuan memahami bacaan hanya 6,41 persen dari tingkat pemahaman yang diharapkan.
Lalu ada secara umum siswa SMP di Kukar maksimal hanya memahami 52,63 persen dari bacaan yang sama. Kelompok-kelompok siswa lain berada di antara kedua angka tersebut.
Dengan kata lain, kemampuan literasi siswa SMP bervariasi dari sangat rendah hingga cukup tinggi, dengan sebagian besar siswa berada di antara dua ekstrem ini.
Affan menjelaskan, persentase ini membantu menunjukkan bahwa ada siswa yang sangat membutuhkan dukungan tambahan untuk meningkatkan literasinya.
Sementara ada juga yang sudah berada pada tingkat yang baik. Pengetahuan ini akan membantu para pihak terkait, apakah guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, hingga bupati, untuk menyusun langkah perbaikan dan peningkatan.
Misalnya literasi rendah ada di sekolah yang jauh, maka perlu kebijakan anggaran yang berpihak kepada guru dan kepala sekolah di sana, atau bupati mencarikan sumber-sumber pendanaan lain seperti dana CSR, agar sekolah dapat mengirim guru dan kepala sekolahnya belajar ke Tenggarong, bisa membuat perpustakaan dan mendapat kiriman buku-buku.
"Dengan memahami situasi dan keadaannya, kita dapat mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi masalahnya," kata Affan.
Ketimbang melihat laporan yang berupa angka-angka semata, ada cara lain untuk melihat hasil pengajaran di sekolah. Cara ini bahkan bisa membuat semua tergerak dan bersemangat menjadi lebih baik.
"Kami gelar showcase atau unjuk karya," kata Ping. Pesertanya para siswa dari sekolah-sekolah yang mengerjakan Program PINTAR.
Di Kutai Kartanegara digelar di Stadion Aji Imbut, di Balikpapan di Gedung KNPI.
Di unjuk karya itu sekolah dan madrasah menampilkan puluhan hasil karya siswa yang dikembangkan dalam pembelajaran.
Salah satunya dari SDN 012 Tenggarong. Tiga siswa maju mendemontrasikan pengaruh gaya gravitasi pada benda padat yang mereka pelajari di kelas.
Mereka mengajak Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah dan CEO Global Tanoto Satrio Tanudjojo yang hadir di acara, untuk melakukan percobaan bersama dengan tiga buah jeruk yang diberi perlakuan berbeda.
Ada jeruk yang masih utuh dengan kulitnya, ada yang sudah dikupas kulitnya, dan yang hanya sebagian kulitnya dikupas. Ketiga jeruk dimasukkan dalam tabung berisi air.
Hasilnya jeruk yang kulitnya masih utuh mengapung. Jeruk yang sudah dikupas, temasuk yang dikupas sebagian, tenggelam. Hal ini membuktikan jenis, juga struktur, benda mempengaruhi gaya gravitasi.
"Jeruk yang tidak dikupas kulitnya dapat mengapung karena pori-pori kulit jeruk berisi udara yang membuatnya mengapung. Ini yang disebut adanya gaya tolak gravitasi," kata Haviez Al Azam, satu dari murid kelas VI yang mempresentasikan percobaan itu.
Ada juga siswa kelas III SDN 003 Tenggarong, Loli dan Aura, yang tampil percaya diri menceritakan cerita rakyat Puteri Karang Melenu. Cerita ini juga diilustrasikan dalam bentuk komik.
Sementara Oktaviani Derosari dan Anggraeni Monica, siswa SMPN 3 Tenggarong tampil dengan semangat menyampaikan pidato teks persuasif tentang teman yang suka menjahili atau bahkan suka mengerjai teman lainnya yang lebih lemah atau dianggap kurang dari rata-rata siswa lainnya.
Tidak lupa Sari dan Monica mengajak para hadirin untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak melupakan bahasa ibu, dan mahir berbahasa asing.
"Kemampuan berbahasa tersebut harus menjadi kebiasaan sehari-hari. Saya melatih kemampuan berbahasa melalui kebiasaan membaca. Saya dalam seminggu setidaknya membaca 2-3 buku bacaan karena di sekolah sudah ada kegiatan membaca setiap hari," kata Sari dengan percaya diri.
Di Balikpapan, siswa kelas VI SDN 006 Balikpapan Nabila Salsabil dan Axel Nareswara mendemonstrasikan sumber energi alternatif untuk menyalakan lampu, yaitu buah apel, kentang dan jeruk nipis. Dengan kreatif, Nabila dan Axel menghubungkan buah-buah tersebut dengan kabel menggunakan koin, paku, penjepit.
“Bapak dan Ibu, karena buah-buah tersebut mengandung asam solanum, maka dapat menghasilkan listrik dan menghidupkan lampu,” Axel menjelaskan kepada pengunjung stan.
Tak jauh dari tempat Nabila dan Axel, siswa SMP 12 Ayuditya Pratiwi Widyani dan Muhammad Ikhsan menampilkan lomba menangkap es untuk membuktikan prinsip IPA dalam kehidupan sehari-hari. Dalam lomba itu dibuktikan bahwa es yang diberi garam akan membeku lebih lama.
“Dengan adanya pihak-pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan di Tanah Air seperti Tanoto Foundation, ke depan saya yakin sumber daya manusia Indonesia akan semakin baik dan maju,” kata Asisten II Sekretaris Kota Balikpapan Muhammad Noor.
"Alhamdulillah, kita melihat sendiri perubahan nyata sudah terjadi di sekolah dan madrasah. Siswa tampil percaya diri mempresentasikan hasil belajarnya. Inilah citra dari anak-anak Kutai Kartanegara yang cerdas, sehat, kreatif, dan percaya diri," kata Bupati Kukar Edi Damansyah.
Ia juga menegaskan bahwa masa depan Kutai Kartanegara ada pada sumber daya manusia yang kualitasnya akan terus ditingkatkan, yang sementara ini adalah dengan dukungan sumber daya alam.
Pada kesempatan itu juga Chief Executive Officer (CEO) Global Tanoto Foundation, Satrio Tanudjojo mengatakan bahwa Tanoto Foundation akan terus bekerja sama dengan para pihak untuk menyebarluaskan Program PINTAR ke lebih banyak sekolah dan madrasah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
"Kami percaya pendidikan yang berkualitas dapat mempercepat kesetaraan peluang," kata Satrio. Kesetaraan peluang adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik di mana pun pilihan dijatuhkan.