Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, melakukan perbaikan akses jalan menuju kawasan pedalaman, tepatnya menuju Kelurahan Tama Pole, Kecamatan Muara Jawa, untuk memperlancar arus barang dan orang ke luar maupun masuk kelurahan
"Masyarakat setempat menyebut jalan ini sebagai 'gelombang darat' Tama Pole karena tingkat kerusakan jalan yang parah, kami bersyukur karena kerusakan jalan tersebut sudah diatasi. Kami bersama dinas terkait pun kemarin sudah cek langsung ke lokasi," ujar Wakil Bupati Kukar Rendi Solihin di Tenggarong, Sabtu.
Saat ini sudah terdapat 641 meter jalan yang sudah diperbaiki dari total 1.141 meter yang harus dibaiki, sehingga tersisa 500 meter yang masih harus diperbaiki agar sepanjang jalur tersebut menjadi lancar.
Dari 641 meter jalan yang sudah baik ini tentu sudah berdampak baik bagi warga Tama Pole, karena hasil alam bisa dijual ke luar, sedangkan berbagai kebutuhan warga setempat yang harus dibeli dari luar pun mudah dibawa masuk.
Begitu pula dengan interaksi sosial masyarakat pun bisa menjadi lebih lancar ketimbang sebelumnya, termasuk kebutuhan kesehatan dan anak-anak yang sekolah di luar kelurahan pun bisa masuk sekolah setiap hari karena akses sudah lebih baik.
"Perbaikan jalan menuju Tama Pole ini menjadi salah satu bukti Pemkab Kukar tidak hanya fokus membangun di kawasan perkotaan, namun juga hingga kawasan terdalam. Namun semua harap maklum bahwa pembangunan tidak bisa sekaligus, tapi bertahap," katanya.
Sedangkan Lurah Tama Pole Fatmawati mengaku bersyukur telah adanya perbaikan sepanjang 641 meter tersebut, bahkan ia pun mengucapkan terima kasih baik atas nama lurah maupun masyarakat.
Namun ia tetap berharap dalam anggaran perubahan tahun ini bisa kembali dikerjakan sekitar 150-200 meter, kemudian sisanya bisa dimasukkan dalam anggaran tahun depan, karena jalan ini merupakan akses utama masyarakat.
Ia pun bercerita tentang sebelum adanya perbaikan ini, yakni "gelombang darat" karena guncangan kendaraan akibat melewati lubang, bahkan saat musim hujan susah dilewati, sedangkan musim kemarau banyak debu.
"Mau tidak mau, suka tidak suka, masyarakat harus tetap melewati jalan ini untuk bisa sampai ke tujuan karena ini merupakan akses utama. Kondisi itu juga berimbas terhadap aktivitas siswa, tak jarang siswa terpaksa izin karena jalanan sulit dilewati, kalau dipaksakan lewat bisa jatuh," katanya.