Balikpapan (ANTARA) - Kemajuan proyek pengembangan kilang Pertamina Balikpapan atau proyek RDMP (Refinery Development Master Plan) kini sudah mencapai 87 persen lebih.
“Sekarang kami siap menyambungkan kilang eksisting dengan kilang baru,” kata Manager Turn Around PT Kilang Pertamina International Unit Balikpapan (Kilang Balikpapan) Koesoemo Wardoyo, akhir pekan lalu.
Dalam tahapan penyambungan kilang lama dan kilang baru ini, sejumlah unit di kilang lama harus terlebih dahulu dimatikan. Seperti dijelaskan oleh Humas Kilang Balikpapan Dodi Yapsenang, penonaktifan unit tersebut juga dilakukan untuk Plant Stop Revamp (PSR) atau perawatan kilang secara berkala. Perawatan kilang yang dilakukan secara rutin ini, biasanya memakan waktu sekitar 1 bulan.
“Namun dengan adanya proses integrasi kilang eksisting dengan kilang baru maka perawatan atau turn aroud-plant stop revamp pelaksanaannya akan berlangsung hingga dua bulan ke depan,” jelas Dodi.
Proyek RDMP di Kilang Balikpapan adalah pengembangan kilang agar mampu memproduksi 360 ribu barrel minyak per hari, atau bertambah 100 ribu barel dari kemampuan saat ini yang 260 ribu barel per hari. Proyek RDMP pada dasarnya adalah menambah unit produksi dan sekaligus meremajakan kilang, menggantinya sejumlah peralatan produksi dengan peralatan dan teknologi terbaru untuk mendapatkan produk bahan bakar minyak (BBM) berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.
“Kilang Balikpapan yang baru nanti mampu memproduksi BBM jenis gasoline sesuai standar Euro 5,” kata General Manager (GM) Kilang Balikpapan Arafat Bayu Nugroho pada kesempatan terpisah.
BBM Standar Euro 5 jenis gasoline menghasilkan emisi atau gas buang yang mengandung karbon monoksida (CO) hanya 1 gram pada setiap 1 km perjalanan kendaraan (1,00 g/km), 0,10 g/km sisa bahan bakar yang tidak terbakar (Hidrokarbon atau HC), 0,06 g/km Nitrogen monoksida/oksida (NOx), dan 0,005 Particulat Matter (PM) atau zat pencemar lainnya.
Untuk BBM standar Euro 5 jenis diesel, maksimal menghasilkan 0,50 g/km CO; 0,23 g/km HC+NOx, 0,18 g/km NOx, dan 0,0005 g/km PM.
Itu membuat BBM Euro 5 lebih ramah lingkungan daripada BBM standar Euro 2 dan Euro 4 yang diproduksi Pertamina saat ini.
Namun demikian, sejumlah besar pekerjaan masih harus diselesaikan sampai nanti Kilang Balikpapan benar-benar bisa memproduksi BBM Standar Euro 5 tersebut.
Koesoemo Wardoyo merincikan, dengan target selesai pada tahun 2024 ini, sebanyak 19.400 pekerja dikerahkan untuk menyelesaikan
1.516 pekerjaan tersisa. Dari jumlah itu, sebanyak 995 pekerjaan diantaranya berisiko tinggi dan 13 pekerjaan sangat penting (critical job).
Pekerjaan berisiko tinggi adalah sejumlah pekerjaan yang mengharuskan pekerja berada di ketinggian, pekerjaan dengan alat berat, hingga pekerjaan dengan panas seperti berbagai pengelasan.
“Di lokasi juga sudah siap 876 peralatan kerja dan 97 persen material pekerjaan sudah tiba,” kata Koesoemo.
Sampai dengan awal 2024 ini, sejumlah besar tahapan pengerjaan kilang sudah dilalui. Di Balikpapan bahkan dimulai dengan penataan ulang kawasan perumahan Pertamina Karang Anyar dan sejumlah besar fasilitas yang lahannya diperlukan untuk bengkel kerja.
Pada 2016 itu, Pertamina membangun dua menara apartemen untuk menggantikan puluhan rumah dinas yang dibongkar. Termasuk yang digusur adalah stadion legendaris dalam sepakbola dan sejarah olahraga Balikpapan, Stadion Parikesit dan Lapangan Pesora.
Ketika wabah COVID-19 menerjang, pekerjaan kilang tak mundur. Dengan protokol kesehatan yang ketat, pekerjaan terus berjalan walaupun juga banyak laporan jumlah pekerja yang terinfeksi virus asal China tersebut. Sampai kemudian vaksin penawar COVID-19 ditemukan dan seluruh warga kota termasuk para pekerja mulai divaksin.
Sejak memasuki tahun 2021, pekerjaan proyek benar-benar ngebut. Pada tahun itu sebagai bagian dari proyek di Balikpapan, Pertamina mulai menerima barang-barang dan peralatan kilang yang dipesan khusus ke pembuatnya di luar negeri.
Paket peralatan Kilang Balikpapan berupa disengager atau stripper (pemisah), dan regenerator tiba di pelabuhan Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) di area Kilang Pertamina Balikpapan pada Senin 23 Agustus.
“Mestinya sudah tiba pada Januari 2021 lampau, tapi karena wabah COVID-19, baru dikirim akhir Juli lalu,” kata Direktur Pengembangan Kilang Balikpapan Djoko Koen Soewito saat itu.
Alat-alat tersebut dipesan Pertamina pada 2019 dari Hyundai Heavy Industries, Korea Selatan, sebagai bagian dari peralatan produksi untuk mendapatkan kualitas bahan bakar minyak (BBM) dengan standar Euro 5. Hyundai Heavy Industries membuatnya dalam 2 tahun sejak pertama kontrak pesanan dibuat tahun 2019.
Paket peralatan ini merupakan bagian penting dalam unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC), atau bagian untuk mengolah residu minyak mentah menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, sehingga dapat meningkatkan keuntungan kilang.
Selain itu KPB juga sudah berhasil memasang peralatan untuk proses alkilasi (Alkylation Reactor Equipment) yang tingginya mencapai 49,65 meter, garis tengah 10 meter, dan berat 418 ton lebih, yang menjadikannya komponen tertinggi di Kilang Balikpapan.
Pekerja menggunakan crane berkapasitas 1600 ton untuk mengangkat reaktor tersebut.
Menurut Koen Soewito, fungsi utama unit ini adalah untuk mendapatkan produk alkilate yang beroktan tinggi sebagai bahan baku produk gasoline yang berkualitas tinggi.
Alkylation Reactor Equipment dipesan Pertamina pada 26 Juli 2019 dan semula direncanakan sudah sampai Balikpapan pada 19 Maret 2021.
Sebelumnya, pada Februari 2021, Pertamina menerima 3 unit boiler dan pipa-pipanya untuk dipasang di Terminal Minyak Mentah Lawe-lawe. Kemudian menerima reaktor alkilasi pada Maret, dan menerima turbin uap generator pada Juni dengan diselingi pekerjaan merelokasi atau memindahkan menara flare pada bulan April.
Pada bulan Juni kembali tiba barang pesanan dari luar negeri, yaitu lima unit generator turbin uap.
Di bulan September, RFCC diujicobakan, turbin uap generator A dipasang, dan menyelesaikan perakitan ringer crane berdayaangkat 2800 ton. Pada Oktober pemisah propana/propilen (propane/propylene splitter) dipasang. Propana splitter ini unit yang digunakan untuk memisahkan produk propana dengan propilen.
Pada akhir 2021, Pertamina menyelesaikan percobaan (commissioning) RFCC Feed Tank dan menyelesaikan pemasangan regenerator pertama RFCC.
Sampai akhir tahun 2021 itu, disebutkan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam kunjungannya ke Balikpapan, kemajuan pembangunan RDMP Balikpapan mencapai 46,92 persen atau melebihi target yang 45,54 persen. Kemajuan tersebut di dalam hal perancangan dan perencanaan proyek, lelang pekerjaan serta pengadaan barang dan jasa, pembangunan dan perakitan di lapangan, dan ujicoba unit yang sudah terpasang.
“Kami optimistis Proyek RDMP Balikpapan dapat selesai dan beroperasi sesuai target di tahun 2024,” kata Nicke di awal tahun 2022.
Bila proyek ini selesai dan beroperasi kelak, diperhitungkan negara bisa menekan defisit neraca migas yang besarnya mencapai 2,65 miliar dolar AS per tahun sebab Pertamina harus mengimpor BBM jadi dan bukan minyak mentah yang jauh lebih murah karena kemampuan mengolah kilang-kilang yang terbatas saat itu.
Proyek RDMP selain meningkatkan jumlah dan kualitas produksi bahan bakar minyak dari 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari juga peningkatan produksi produk Non-BBM seperti elpiji dari 48 kilo ton per tahun menjadi 384 kilo ton per tahun.
Melibatkan 19 ribu orang lebih bekerja di area yang sedemikian luas dalam lingkungan yang serba mudah terbakar menuntut konsentrasi yang tinggi dari setiap pekerja dan para pengelola proyek,
“Lakukan tool box meeting dan safety talk sebelum melakukan pekerjaan. Sampaikan kepada pekerja potensi bahaya yang akan dihadapi dan sampaikan pula tindakan pencegahan untuk menghidari bahaya tersebut. Lakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap area kerja. Yakinkan semua aman sebelum pekerjaan dimulai,” instruksi GM Arafat Bayu jelang Turn Around dan Plant Stop Revamp.
Pada kesempatan itu pula digelar doa berGsama dan penyaluran santunan kepada anak-anak yatim dan mereka yang dhuafa melalui tahfidz Masjid Istiqlal Balikpapan dan Panti Asuhan Ummi Zahro.
Beberapa hari kemudian GM Arafat Bayu bersama tim manajemen Kilang Balikpapan bersilaturahmi dengan Kapolda Kaltim Inspektur Jenderal Pol Nanang Avianto dan Direktur Pengamanan Obyek Vital Komisaris Besar Polisi Didik Mulyanto.
“Kami memerlukan dukungan keamanan agar TA dan PSR dapat berlangsung dengan lancar,” kata GM Bayu.
Sementara silaturahmi dengan anak panti dan kaum dhuafa, agar semua yang kita kerjakan berkah dan kita semua terlindungi.