Samarinda (ANTARA) - Puluhan perempuan anggota Dharma Wanita Persatuan Provinsi Kalimantan Timur ( DWP Kaltim) mengikuti pelatihan membuat kerajinan khas daerah yang berasal dari Suku Dayak Benuaq, berupa sulam tumpar.
Ketua DWP Provinsi Kalimantan Timur Indri Indah Winarni Riza di Samarinda, Selasa, mengatakan pelatihan itu salah satu upaya melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa yang telah diakui oleh UNESCO, sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi.
"Kegiatan ini diikuti oleh puluhan peserta menghadirkan dua pengrajin sulam tumpar dari Tenggarong, Kukar (Kutai Kartanegara)," kata dia.
Sulam tumpar merupakan kerajinan tangan bordir dari budaya salah satu Suku Dayak di Provinsi Kalimantan Timur. Dalam perkembangannya, bordir banyak digunakan sebagai produk kerajinan dan mode.
Dia mengharapkan pelatihan ini dapat meningkatkan apresiasi dan kreativitas dalam mengembangkan seni sulam tumpar yang kaya akan nilai-nilai estetika, filosofi, dan identitas.
Ia menjelaskan sulam tumpar merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan.
Selain itu, katanya, sulam tumpar memiliki potensi ekonomi yang besar karena banyak diminati masyarakat luas.
Keterampilan pembuatan sulam tumpar, kata Indri, juga bisa menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat, khususnya para perempuan, yang sudah mahir membuat kerajinan daerah tersebut
Ia mengatakan sulam tumpar membawa peluang besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Mari kita manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kita dalam sulam tumpar," katanya
Dia berharap, pelatihan ini dapat menjadi bagian dari upaya melestarikan budaya bangsa.
Sulam tumpar merupakan kerajinan yang berasal dari Suku Dayak Benuaq. Masyarakat Dayak Benuaq gemar mengaplikasikan beberapa warna cerah, seperti merah dan kuning.
Terkait dengan pewarnaan, dahulu mereka menggunakan dedaunan untuk mewarnai serat kain yang kemudian dijadikan benang sebagai bahan dari sulaman.