Tenggarong, Kaltim (ANTARA) - Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Kutai Kartanegara (DWP Kukar), Kalimantan Timur, mengajak warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Kelas II Tenggarong, agar optimistis menatap masa depan yang lebih baik.
"Semoga dengan kehadiran kami ke tengah anak-anak binaan, bisa mengobati kerinduan terhadap keluarga, terutama ibu,” kata Ketua DWP Kabupaten Kukar Yulaikah Sunggono saat mengelar bakti sosial di Lapas Anak Kelas II Tenggarong, Jumat.
Ia berharap dengan kunjungan DWP kali ini, bisa memberikan semangat kepada anak-anak binaan untuk lebih baik dan menata kembali masa depan seusai kembali ke tengah keluarga dan masyarakat, karena usia masih muda sehingga masa depan masih panjang dan masih banyak harapan untuk diraih.
Ia berpesan kepada anak-anak warga binaan lapas agar tidak berkecil hati, karena meski terpenjara, tetapi banyak pelatihan keterampilan yang diberikan, sehingga mereka diajak mengembangkan diri dengan keterampilan yang diberikan.
"Dalam kesempatan yang baik ini, saya ingatkan kepada anak-anak teruslah mendoakan untuk orang tua terutama untuk ibu, karena pasti doa ibu juga tidak pernah putus untuk anaknya dan tidak mungkin seorang ibu berdoa tidak baik. Doanya pasti baik untuk anak," katanya.
Ia juga meminta anak-anak binaan terus mengembangkan diri dan menggali potensi, sehingga saat nanti keluar anak-anak akan siap dan bisa memberikan yang terbaik untuk dirinya dan keluarga termasuk lingkungan terdekat.
Dalam kesempatan ini DWP Kukar juga memberikan bingkisan sebagai bentuk kepedulian bagi anak-anak binaan, dilanjutkan dengan sosialisasi oleh Mitra DWP Kukar, yaitu psikolog Lucy Yulidasari dengan tema "Potensi Remaja Demi Eksistensi Aktualisasi".
Sementara Kepala Lapas kelas II Tenggarong Husni Thamrin mengucapkan terima kasih kepada DWP Kukar yang telah berkunjung dalam rangkaian peringatan HUT DWP ke- 24.
Husni menjelaskan bahwa anak-anak binaan di sini bukan hanya berasal dari Tenggarong, tetapi juga dari seluruh wilayah Kalimantan Timur.
"Anak-anak di sini minimal berusia 14 tahun dan maksimal dengan usia kurang dari 18 tahun. Mereka diberikan pelatihan berupa kerajinan menganyam, mengukir, sablon, potong rambut hingga barista yang dilakukan kerja sama dengan kelompok masyarakat," katanya.