Balikpapan (ANTARA) - Konser Iwan Fals tampil selama 2 jam dan membawakan 15 lagu manggung di gedung sport and convention centar Dome Balikpapan dalam perhelatan ulang tahun ke-77 TNI Angkatan Udara, Jumat (6/9/2022).
Iwan Fals menuntaskan janjinya membawakan 15 lagu, diselingi dengan pengantar berisi harapan, cita-cita, doa, kritik, saran, dan humor, Iwan Fals dan Band tampil selama 120 menit lebih di depan tak kurang dari 5 ribu penonton yang memenuhi Dome.
Bila dalam jumpa penggemar sehari sebelumnya Iwan Fals, kini 60 tahun, tampil dengan jumpsuit baju terusan ala pilot pesawat tempur, malam ini Bang Iwan menjadi dirinya sendiri dengan jaket jeans dan kaos, walaupun masih mengenakan topi pet militer warna biru khas TNI AU.
Beberapa menit jelang pukul 9 malam, Iwan Fals membuka konser kembalinya ke Balikpapan dengan “Sobat”. Serentak para penonton kompak bernyanyi membentuk paduan suara yang menggetarkan.
Lagu-lagu setelah itu pun dapat perlakuan sama. Galang Rambu Anarki yang diberi sentuhan heavy metal, Buku Ini Aku Pinjam, Pesawat Tempurku, dan Balada Orang-Orang Pedalaman dari album 1910, Yang Terlupakan dari Mata Dewa 1989, sampai Aku Bukan Pilihan dari In Collaboration With keluaran tahun 2003.
Di semua lagu itu, penonton beragam usia penggemar penyanyi country, pop-rock, dengan tema-tema cinta sederhana atau kritik sosial, turut buka mulut dan bernyanyi bersama.
Menjelang akhir konser barulah lagu-lagu kelas berat dengan syair-syair puitis-satir dari album Swami ditampilkan. Berturutan Bento dan Hio digeber Iwan bersama para musisi muda pengiringnya.
Dari Bento yang jenaka dan mengolok-olok, penonton lalu dibawa ke Hio yang mistis. Para Orang Indonesia (OI, basis penggemar Iwan Fals) di depan panggung pun mengangkat tangan ala tari kecak di Bali begitu tiba di bagian yang aslinya dibawakan penyanyi Sawung Jabo, yang bernada rendah dan lirih.
Setelah itu, ketika Iwan dan para penonton tarik napas setelah Hio yang dinyanyikan hingga 10 menit, intro lagu Kemesraan dari album keroyokan para artis Musica di tahun 1988 dengan desiran keyboard yang khas mulai mengalun.
Lagi-lagi koor membahana. Iwan mengajak satu penonton naik ke panggung dan turut bernyanyi bersama. Ia juga mengucapkan terimakasih atas sambutan penonton yang melebih harapannya.
“Terimakasih, ces,” kata Iwan, dalam sapaan khas Balikpapan pada sahabat dan teman dekat.
Meski punya lagu yang bernada mengolok tentara seperti Serdadu, atau mengkritik terbuka seperti Para Tentara, Virgiawan Listanto adalah anak tentara. Ayahnya, Harsoyo, prajurit dengan pangkat terakhir kolonel anumerta.
Ada juga permintaan lagu yang terlewatkan. Sorak-sorak penonton minta lagu Ibu dibawakan, tak keburu dinyanyikan sang maestro.
Lagu Ibu juga lagu kesayangan Danlanud Kolonel Penerbang Sidik Setiyono. Lagu Ibu berkisah tentang perjuangan seorang perempuan mengurus anaknya, juga kerinduan seorang anak akan ibunya. Tak urung, Bang Iwan sempat minta maaf sehari sebelumnya di sesi jumpa penggemar.
Lagu itu spesial, kata Iwan, karena semua orang punya ibu, dan perlu persiapan mental tersendiri menyanyikannya.
Panitia mencetak hingga 2.500 tiket, kurang sedikit dari kapasitas maksimal Dome. Tiket paling murah adalah kelas festival seharga Rp400 ribu per lembar
“Untuk menonton idola, legenda hidup musik Indonesia, penghibur kaum kusam, tidak apa,” kata Agung, anggota OI Balikpapan dan mengawal teman-temannya yang datang dari OI Banjarmasin, kota 600 km selatan Kota Minyak.