Penajam, Kaltim (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menggelar webinar bertajuk Gerakan Nasional Literasi Digital di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur dengan menghadirkan narasumber nasional dan lokal.
"Mari kita sopan dan beradab dalam bermedia sosial, pikirkan dan cermati sebelum membagikan atau mengirimkan sesuatu ke dunia maya," ujar Bupati PPU Abdul Gafur Mas'ud, saat menjadi keynote speaker dalam webinar tersebut di Penajam, Selasa.
Hadir sebagai narasumber dalam literasi digital ini adalah Staf Ahli Bupati PPU Dr Aji Sofyan Effendi SE M.Si, Mediator Kabupaten PPU Achmad Fitriady SH MH, aktris Poppy Sovia, presenter Olpie Puspitasari, dan sebagai moderator adalah Aulia Mawardika.
Aji Sofyan Effendi membawakan materi dengan tema "Menjadi Masyarakat Pancasila di Era Digital". Tema ini ia angkat karena Pancasila mampu mempersatukan bangsa.
"Pancasila mampu mempersatukan lebih dari 270 juta penduduk Indonesia yang tersebar pada 34 provinsi. Dari 34 provinsi ini dibagi lagi menjadi 415 kabupaten dan 93 kota plus 5 kota administrasi," kata Aji.
Indonesia, lanjutnya, terdapat 75.000 desa, 8.490 kelurahan, ada 17.491 pulau, 1.340 suku, 718 bahasa daerah, dan terdapat 5 agama besar. Namun Keberagaman ini mampu disatukan oleh Pancasila.
"Beruntunglah kita hidup di Indonesia, bersyukurlah kita menjadi bagian dari Indonesia karena kita mampu bersatu karena dasar negara kita adalah Pancasila, mengingat di negara lain yang hanya dihuni oleh belasan suku, namun selalu kisruh," katanya.
Untuk tetap mempertahankan persatuan dan kesatuan, lanjutnya, ia mengajak 220 peserta webinar yang hadir untuk santun dalam bermedia sosial, karena jemari yang digunakan untuk membagi atau mengirim sesuatu di medsos bisa berdampak fatal.
Resep menghadirkan Pancasila dalam bermedsos, kata dia, ada beberapa hal seperti selalu tenang menyikapi perbedaan, memiliki kesadaran penuh saat mengetik atau chat, meyakini bahwa yang sedang ditulis atau dibagikan merupakan hal yang positif.
"Kemudian gunakan hati nurani, akal sehat, dan logika untuk meredam atau meminimalisir efek negatif, tidak mudah terprovokasi dengan komentar negatif, dan mampu mengedukasi publik akan pentingnya persatuan dan kesatuan," ucap Aji.
Sementara Achmad Fitriady mengatakan bahwa dunia maya merupakan bagian dari dunia nyata, karena apa yang diperbuat di medsos bisa berdampak ke dunia nyata, sehingga ia mengajak semua peserta selalu menjaga kesopanan dalam bermedsos.