Balikpapan (ANTARA) - Suatu hari di tahun 2016, ahli gizi yang bertugas di Puskesmas Muara Rapak, Benny Purba, menyampaikan informasi singkat kepada
“Beliau bilang, berdasar data Puskesmas, di wilayah kami ada anak yang pertumbuhannya terlambat,” tutur Anita di gedung kecil Posyandu Ceria 68, tak jauh dari gerbang RT 68, 67, dan 66 di Jalan Arjuna, Gunung Polisi, Muara Rapak, Balikpapan Utara, akhir pekan lalu.
Data itu menyebutkan hanya satu anak. Balita perempuan yang tinggal di ujung gang yang di lereng yang curam bersama ibu dan neneknya. Rumah anak itu bahkan tersembunyi, tertutup atap-atap rumah tetangganya yang berada di posisi lebih tinggi.
Anita dan wakilnya pun mengunjungi rumah itu. Sebelumnya mereka juga menemukan data tambahan dari arsip di Posyandu. Anak itu lahir dengan panjang 50 cm dan berat 2,7 kg di bulan Mei 2015.
“Sebenarnya itu relatif normal,” kata Anita, yang mulai menangani Posyandu begitu suaminya, Herman, dipilih menjadi Ketua RT 68 di tahun 2016. Namun ketika anak itu mencapai usia 9 bulan beratnya baru 6,1 kg, yang semestinya sudah hampir 10 kg.
Karena itu, meskipun hanya satu anak ini yang di pertumbuhannya di bawah normal dari 14 anak rentang usia 18 bulan hingga 5 tahun yang ada saat itu, , Anita dan kader-kader Posyandu Semarak Ceria 68 merasa sudah saatnya mereka mengulang lagi program terkenal dan favorit yang jadi satu tujuan kenapa Posyandu didirikan: Pemberian Makanan Tambahan alias PMT.
“Program legendaris memang itu,” kata Anita. Program ini keberadaannya dapat dilacak hingga ke zaman Orde Baru silam dan menjadi bagian penting dari Program Keluarga Berencana, program yang juga legendaris dan sangat populer di masa itu.
Menurut Dewi Kartika, wakil Anita di Posyandu, bagi para ibu dan istri, program ini sederhana. Hanya masak-masak dan makan-makan, dan kumpul-kumpul. Bagi anak-anak, program ini menyenangkan, sebab sering makanannya enak-enak.
“Tantanganya hanya menyiapkan menu yang bergizi dengan jumlah yang cukup untuk semua yang harus dapat, dan selesai tepat waktu,” terang Dewi. Soal menu, ahli gizi dari Puskesmas kembali mendampingi.
Maka bergantianlah para kader yang hampir semuanya ibu dan istri memasak khusus untuk anak-anak dan warga lanjut usia. Ada bubur kacang hijau, ada puding, ada lauk ayam dan ikan, sayur dan buah-buahan. Selama 3 bulan setiap hari ibu dan balita serta lansia mendapatkan makanan tambahan di Posyandu.
“Hasilnya berat anak itu naik jadi 7 kg,” tutur Anita semringah. Para kader pun tambah semangat.
Keberhasilan menaikkan berat badan anak itu menjadi momentum. Anita dan para kader tahu, bahwa bila anak itu tidak lagi mendapat makanan tambahan untuk sementara itu, maka berat badannya akan kembali susah naik.
Maka satu menu andalan dari program makanan tambahan yang banyak disukai pun diproduksi terpisah. Sukadalor alias susu dari daun kelor dibuat dan dikemas dalam botol plastik, dan dijual.
“Khasiatnya sebagai booster ASI, atau untuk meningkatkan produksi air susu ibu,” kata Dewi. Ibu si anak itu diminta minum Sukadalor agar anaknya terbantu pertumbuhannya.
Para kader yang tetap bersemangat terus lanjut dengan memproduksi cemilan dari daun bayam dan ubi, serta wedang kelor yang berkhasiat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Sambil memproduksi makanan dan minuman itu, program-program Posyandu yang lain tetap jalan. Bahkan lingkungan RT 66, 67, 68 itu ditetapkan Wali Kota Balikpapan sebagai Kampung KB karena rajinnya para kader menyampaikan kepada masyarakat pentingnya merencanakan keluarga, terutama dalam hal mau punya anak berapa.
“Kami juara kedua Kampung KB terbaik se Balikpapan,” lanjut Anita.
Dan bukan kebetulan kawasan Gunung Polisi tempat mukim ketiga RT tepat berseberangan dengan kawasan Karang Anyar dan jadi tetangga Komplek Pertamina Karang Anyar, dan tentu saja Kilang Pertamina Refinery Unit V. Kawasan Gunung Polisi adalah area lingkar pertama Pertamina dan warganya menjadi yang berhak atas penerima manfaat program kepedulian sosial perusahan.
“Tahun 2018, lewat Program Sehati, kegiatan kami membuat makanan tambahan dibantu modal dan peralatan. Kami keliling ke rumah yang ada ibu menyusui, ada balitanya, ada lansia, pada jadwal tertentu, disertai dokter,” kata Anita yang sejak Taman Kanak-Kanak, lalu SD, SMP, hingga SMA bersekolah di Patra Dharma, yayasan pendidikan di bawah Pertamina.
Dengan dampingan dokter pesan-pesan yang disampaikan jadi lebih meyakinkan.
Gedung kecil Posyandu Semarak Ceria 68 pun tambah semarak dan semakin ceria dengan adanya dapur yang dibuatkan khusus dari Program Sehati. Dapur itu disebut dapur sehat dan digunakan untuk memasak makanan dan minuman tambahan, termasuk yang dikomersilkan.
“Sambil emak-emak masak di dapur, di sini saya mengajar anak-anak mereka,” kata Dewi, yang rupanya guru pendidikan anak usia dini berpengalaman. Sebab itu rupanya selain sejumlah skema organisasi Posyandu, di dinding juga ada gambar warna-warni ala taman kanak-kanak.
“Bila di dapur itu semarak, maka di sini itu ceria,” kata Dewi gembira.
Minuman wedang kelor yang diproduksi di dapur sehat kini diberi merek. Stiker bertuliskan Pawon ditempel di botol ukuran 220 ml yang jadi kemasan. Pawon ternyata singkatan dari Patra Wonder Food Snack, alias kudapan hebat ala Patra. Adapun kata ‘patra’ adalah sebutan lain untuk minyak, hal yang menjadi identik dengan Pertamina.
Anita memasarkan Pawon antara lain lewat facebook. Perlahan pesanan untuk minuman gurih itu berdatangan dari berbagai penjuru kota.
“Kami coba penuhi walaupun produksinya masih terbatas dan masih dalam skala industri rumah tangga,” katanya. Anita bercerita Pawon pernah diborong hingga 700 botol sekali buka lapak. Rekan-rekannya di Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Balikpapan juga membantu meluaskan jaringan.
Pertamina juga mengajak Posyandu Semarak Ceria 68 ikut menampilkan produk-produknya dan beberapa kesempatan pameran. Anita dan kawan-kawannya memajang sukadalor, pawon, snack bayam. “Kami juga sedang mencoba produk baru, sarraba daun kelor,” ungkapnya.
Sarabba adalah minuman khas Bugis, minuman yang gurih dan manis sebab gula merah dan rempah. Dewi sedang mencari komposisi yang pas dengan daun kelor agar minuman itu tetap enak sembari bertambah khasiatnya dengan daun kelor.
***
Anisa menuturkan, dalam usianya yang kini 6 tahun, si anak yang jadi sumber semangat para kader masih tergolong mungil. Namun demikian ia tumbuh sehat. Lincah bermain dan berlarian. Bahkan ia bisa memelihara dan merawat kucing.
“Kami bersyukur ia lahir normal. Badannya kecil, tapi dia sehat. Itu sudah alhamdulillah,” kata ibunya.
Bersama anak-anak lain, anak itu tetap dapat makanan tambahan dari Posyandu. Kalau tidak bermain dengan teman seumurannya, ia bermain dengan kucingnya dan menemani neneknya.
“Kami semua juga berharap dia tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk itulah kami aktif di Posyandu ini bukan,” kata Anita, yang kemudian terpilih sebagai tokoh pemberi inspirasi bagi lingkungannya di hari ulang tahun Pertamina ke-62 tahun 2019 lalu. Ia dinobatkan jadi local hero, wira tempatan, terbaik kedua setelah dr Yazid M Nur, dokter yang mengabdikan dirinya bagi masyarakat di sekitar daerah operasi Pertamina di Samboja, Kutai Kartanegara.
“Semua rekan-rekan kader di Posyandu ini local hero. Juga para orangtua yang terus berusaha yang terbaik untuk anak-anak mereka. Saya bangga jadi bagian dari itu semua,” kata Anita. ***