Tanjung Redeb (ANTARA) - Pemkab Berau menerapkan program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Kedelai untuk lahan seluas 600 hektare, guna memperkuat produksi kedelai yang kini harganya terus naik.
Kepala Dinas Pertanian Berau, Ilyas Natsir di Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur, Jumat, mengatakan, masalah kenaikan harga kedelai memang belum banyak berdampak luas di Berau, karena Pemkab Berau terus mengupayakan agar mampu berlindung dari krisis kedelai dengan mempertahankan produksi dan menghentikan penjualan hasil panen Berau ke keluar kabupaten itu.
"Saat ini kami berupaya mengamankan hasil panen sendiri agar tidak keluar daerah, dan hanya untuk produksi lokal, mengingat harga kedelai dari luar juga mahal, pada 2012 ini kita siapkan Program Bantuan Benih Unggul (BLBU) Kedelai kepada kelompok tani," ujar Ilyas.
Ia mengatakan, Program BLBU Kedelai tersebut bersumber dari APBN guna menguatkan produksi kedelai lokal.
Dengan adanya kelangkaan kedelai ditandai dengan meroketnya harga bahan baku tempe-tahu itu, Ilyas menyebutkan tidak menutup kemungkinan hal itu akan kembali terulang jika pemerintah tidak mengantisipasi.
Menurut dia, terdapat 600 hektare lahan yang disiapkan pada 2012 yang tersebar di beberapa kecamatan Pesisir dan Kecamatan Kelay di hulu.
Dengan program itu diyakini Berau akan mampu bertahan dari masalah kedelai, karena produksi kedelai Berau pada 2011 lalu mencapai 606 ton dan target lebih tinggi untuk 2012.
Kisaran dari ramalan panen kedelai Berau pada 2012 sebanyak 738 ton, sementara ketersediaan lahan yang luas di Berau dengan kondisi iklim yang cocok untuk tanaman kedelai, dipercaya mampu menjadi lumbung kedelai dimasa akan datang.
Sayangnya, kata dia, sampai saat ini jumlah kelompok tani yang tertarik mengembangkan tanaman kedelai masih belum seberapa banyak.
"Tapi 2012 ini kita sudah ada peningkatan, tahun lalu Program BLBU kita hanya sebanyak 500 hektare, semoga tahun depan bisa meningkat dan meningkat lagi," kata Ilyas.
Saat ini harga kedelai mencapai Rp8.000 per kilogram atau naik dari harga normal yang berkisar Rp5.000 hingga Rp6.000 sebelum krisis kedelai nasional.
Selain itu, Ilyas mengatakan, kualitas kedelai lokal dinilai sudah cukup baik meski masih kalah dibandingkan produk luar.
"Tekhnologi pertanian juga kita arahkan kepada kualitas dan kuantitas tanaman," kata Ilyas. (*)