Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Balikpapan menilai, melonjaknya harga-harga barang makanan di kota itu menjelang Ramadhan 1433 Hijriah diduga karena permainan oknum pedagang di level tertentu.
"Karena kenaikan harga tersebut di luar kewajaran, sebab stok barang cukup dan pasokannya lancar, setidaknya demikian yang dilaporkan," kata anggota TPID Tutuk SH Cahyono di Balikpapan, Jumat.
TPID Balikpapan yang beranggotakan pihak-pihak terkait di jajaran Pemkot Balikpapan, juga mencurigai terjadinya penimbunan stok barang-barang tertentu untuk menaikkan harga.
Karena itu, lanjutnya, untuk mengantisipasi harga yang terus melonjak, Pemkot Balikpapan akan melakukan operasi pasar.
Tim juga akan memeriksa stok hingga ke gudang-gudang penyimpanan dengan melibatkan aparat keamanan.
"Kami akan lakukan razia bersama pihak kepolisian. Mungkin juga kami akan periksa gudang-gudang untuk memeriksa stok barang tersebut," tegas Tutuk Cahyono.
Menurut Cahyono yang juga Kepala Bank Indonesia Perwakilan Balikpapan itu, sebelumnya Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Balikpapan yang juga anggota TPID melaporkan bahwa stok barang cukup dan lancar. Laporan itu disampaikan dalam rapat resmi TPID.
Karena itu, kata Tutuk Cahyono, idealnya, tidak semestinya ada kenaikan harga meski dengan alasan momen jelang Ramadan sekali pun.
Kenaikan harga yang wajar adalah yang sesuai dengan hukum ekonomi, yaitu bila permintaan tinggi sementara stok tidak dapat mengikuti permintaan itu, apakah karena stoknya memang kurang atau distribusinya tersendat.
Cahyono juga menjelaskan, awalnya kenaikan harga menjelang Ramadan biasanya karena permintaan tinggi sementara pasokan tetap.
Namun demikian, setelah bertahun-tahun pedagang mempelajari bahwa permintaan yang tinggi adalah menguntungkan, dengan demikian meski stok barang cukup, hanya seperlunya yang dilempar ke pasar sehingga harga tetap tinggi.
Untuk bisa memanfaatkan momen ini, stok para pedagang justru harus cukup.
Menjelang Ramadhan, sudah menjadi kebiasaan masyarakat untuk berbelanja melebihi keperluan hari-hari biasa di luar waktu tersebut. Kebiasaan yang sama terjadi saat menjelang akhir Ramadan atau untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Selain permainan oknum pedagang, dalam hal ini penimbunan, Kepala BI juga menduga adanya persaingan yang tidak sehat di pasar. Di mana pasokan terhadap barang-barang tertentu dikuasai oleh pedagang tertentu saja sehingga ia punya kekuatan dalam menentukan harga.
"Karena ada persaingan yang tidak sempurna di situ. Ditambah lagi daya beli masyarakat Balikpapan yang cukup tinggi sehingga sering berapa pun harga, tetap dibeli," ujar Tutuk Cahyono.
Sebelumnya, masyarakat mengeluhkan melonjaknya harga sejumlah kebutuhan pokok menjelang Ramadhan ini di pasar-pasar tradisional di Balikpapan, bahkan di Pasar Pandansari, pasar yang berperan sebagai pasar induk Kota Minyak.
Harga daging sapi misalnya, dari biasa Rp70 ribu per kg kini menjadi Rp110 ribu per kg. Daging ayam dari rata-rata Rp23 ribu per ekor menjadi Rp35 ribu. Harga cabai dari Rp12 ribu per kg kini sudah mencapai Rp25 ribu, kendati di Balikpapan sudah biasa harga cabai mencapai Rp60 ribu per kg, bahkan pernah Rp150 ribu per kg apabila pasokan benar-benar langka.
"Kalau harga ikan laut naik kemungkinan besar karena cuaca buruk sekarang, di mana nelayan tidak melaut sehingga pasokan ikan ke pasar memang kurang. Begitu pula harga-harga sayuran, termasuk telur, yang memang didatangkan dari Jawa atau Sulawesi, pasokannya terhambat cuaca," demikian Tutuk SH Cahyono. (*)