Samarinda (ANTARA) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Kalimantan Timur (TPID Kaltim) bersama Bulog setempat berkolaborasi menahan laju inflasi melalui penyaluran beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) sampai ke masyarakat di kabupaten dan kota.
"Dalam upaya menjaga stok dan keterjangkauan harga beras yang menjadi komoditas bahan pokok dan penyumbang besar bobot inflasi, TPID bersama Bulog menyegerakan realisasi distribusi beras SPHP ke seluruh kabupaten/kota," kata Wakil Ketua I TPID Kaltim Budi Widihartanto di Samarinda, Selasa.
TPID secara masif juga menggelar pasar murah untuk komoditas pangan yang bergejolak lainnya, seperti cabai rawit, cabai merah, dan sayuran, sehingga mampu menahan laju inflasi.
Pada Oktober misalnya, tercatat 84 kali Gerakan Pangan Murah (GPM) dan penyaluran beras SPHP, sehingga inflasi sepanjang Oktober terkendali, bahkan kinerjanya lebih baik dibanding capaian nasional.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Kaltim pada Oktober 2025 tercatat inflasi 0,01 persen (mtm), inflasi tahunan 1,94 persen (yoy), dan inflasi tahun kalender 1,55 persen (ytd).
"Capaian tersebut berada dalam rentang sasaran inflasi nasional 2,5 ± 1 persen dan lebih rendah ketimbang realisasi inflasi nasional yang sebesar 0,28 persen (mtm) atau 2,86 persen (yoy)," kata Budi yang juga Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim ini.
TPID Kaltim, lanjut Budi, akan terus bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan dalam menjalankan program pengendalian inflasi melalui strategi 4K (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif).
Hal lain yang tidak dilupakan, ujar Budi, adalah mendorong realisasi investasi sektor swasta bisa tumbuh lebih tinggi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, termasuk untuk mewujudkan inflasi Kaltim yang rendah dan stabil.
