Tanjung Redeb (ANTARA News Kaltim) - Pecinta lingkungan di Kabupaten Berau M Irsani SIp SH selain memelihara buaya badas, kini di kediamannya mulai membudidayakan bulus atau labi labi.
"Saya prihatin jika binatang ini punah, sehingga timbul keinginan saya untuk memeliharanya. Di samping itu banyak manfaat dari binatang bulus ini, terutama dari segi kesehatan," ungkap Irsani di kediamannya, di Jalan Raja Alam I Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau, Kamis (5/7).
Pasalnya, binatang itu terbilang langka, dan terus diburu oleh orang orang untuk diambil minyak dan dagingnya di Kabupaten Berau.
Ada 60 ekor bulus yang kini dipelihara Irsani, yang didapatkannya dengan cara membeli dari pemancing di Sungai Segah, Kelay, sejak tahun 2007 lalu. Bulus ini dikumpulkannya di kolam dibelakang rumahnya.
"Manfaat hewan Bulus ini banyak, selain dagingnya jika dikonsumsi, bermanfaat untuk kesehatan dan meningkatkan stamina kaum adam, minyaknya juga bisa dijadikan bahan kosmetik untuk kebutuhan kaum hawa," ujar Kepala Perpustakaan Umum Kabupaten Berau itu.
Sehingga hewan ini diburu oleh oknum masyarakat untuk dijual keluar daerah, seperti Banjarmasin, Jawa dan kota besar lainnya. Dimana daging Bulus di daerah tersebut perkilonya laku hingga ratusan ribu rupiah.
"Karena di sana sudah sangat langka sehingga para tengkulak Bulus itu berani membayar mahal per ekornya," imbuh lelaki yang juga pernah menerima penghargaan Kalpataru dari mantan Megawati Sukarno Putri tahun 2007.
Kalaupun di Berau ada yang menjual daging Bulus tersebut, yang pada umumnya dikonsumsi untuk kesehatan, informasi yang dia peroleh sebesar Rp45 ribu per kg, karena daging bulus ini juga mulai langka di Bumi Batiwakal.
Karena itu, Irsani yang tahun 2010 lalu juga pernah pernah menerima tanda kehormatan Satyalencana Pembangunan Lingkungan Hidup dari Presiiden RI, Susilo Bambang Yoedoyono, merasa tertantang melestarikan Bulus tersebut.
Kata dia, daging Bulus ini mewakili sembilan macam jenis hewan, meski daginya dipotong–potong menjadi beberapa bagian, tetapi tetap bertahan hingga berjam–jam.
"Ini uniknya, biar dagingnya dipotong–potong, tetapi dagingnya tetap terus bergerak–gerak hingga berjam–jam. Ini juga sebagai bukti khasiatnya cukup besar untuk stamina lelaki," ujarnya.
Meski begitu, kata irsani, proses pemeliharaan bulus ini tidak begitu merepotkan, sebab tidak perlu membutuhkan tempat penangkaran terlalu besar seperti buaya, karena ukuran hewannya juga jauh di bawah ukuran buaya.
Selain itu menunya kesehariannya juga bisa dibilang sederhana. Jika tidak ada usus ayam, atau daging ayam, menu singkongpun jadi.
Oleh sebab itu, dia berharap di bisa berhasil melestarikan bulus ini, agar ke depan bulus ini bisa dijadikan cadar budaya Kabupaten Berau.
"Kalau tidak mulai sekarang kita lestarikan bulus ini, kapan lagi?. Apa harus menunggu punah," kata penerima penghargaan Kalpataru dari mantan Presiden Bj Habibie pada tahun 1999 ini. (*)
Pecinta Lingkungan itu kini Berbudidaya Bulus
Jumat, 6 Juli 2012 1:02 WIB