Sangatta (ANTARA) - Mejelang perayaan Natal 2019, harga komoditas daging ayam potong atau broiler di Pasar Induk Sangatta Utara dan Pasar Tradisional Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur mengalami kenaikan.Lonjakan harga tersebut disebabkan karena minimnya stok di pasar yang didistribusikan oleh peternak lokal.
Diketahui, harga ayam potong atau broiler saat ini berada di kisaran harga Rp48 ribu hingga Rp65 ribu per ekor, naik sebesar Rp10 ribu per kilogram dari harga sebelumnya yang hanya berkisar Rp35 ribu - 38 ribu per kilogram.
Kepala UPT Pasar Induk Sangatta Utara, Buhori. mengatakan kenaikan harga ayam disebabkan oleh lambannya pengiriman.
Selain itu, ia membenarkan kenaikan bahan pangan karena mendekati perayaan Natal dan Tahun Baru 2020. “Iya benar memang naik, infonya pengiriman lambat. Juga karena menjelang Natal dan tahun baru,” ucapnya.
Sementara itu Fatimah, IRT di Kecamatan Sangatta menilai kenaikan harga Rp 10 ribu per-ekor tersebut masih dianggap lumrah, sebab lonjakan komoditi kerap terjadi sebulan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
“Saya tidak kaget lagi, di Sangatta itu pasti harga ngikuti musim. Kalau mau ada perayaan pastilah naik bahan pokok di pasar,” kata warga Sangatta Utara ini.
Sementara itu, diungkapkan oleh Yeni, salah satu pedagang di Pasar Induk saat dijumpai di lapaknya. Menyampaikan ia mengambil ayam dari peternak Sangatta dan dari perternak stoknya memang menipis. Makanya harga melambung.
“Satu kilonya Rp 48 ribu, tapi kan biasanya seekor itu lebih dari satu kilo. Jadi harganya memang rata-rata di atas itu,” ujarnya saat diwawancarai, Kamis .
Ia memaparkan proses jual-beli pun dianggap berkurang. Namun wanita berhijab ini menduga bukan karena melambungnya harga bahan pokok, tetapi perpindahan lokasi dagang yang menjadi di gedung belakang. Sehingga masih banyak masyarakat yang belum tahu.
“Hari ini kami juga pindah ke pasar basah di belakang, mungkin warga belum tahu makanya agak sepi,” tuturnya.
Senada, Nana salah satu pedagang pun mengeluhkan maraknya pedagang di luar pasar yang menjual ayam dengan harga murah, digadang-gadang membuat sejumlah pelanggannya beralih. Hal ini jelas menurutnya sangat merugikan pendapatan.
“Seandainya semua pedagang masuk ke dalam pasar, kita tidak mungkin rugi,” tegasnya.