Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melakukan inovasi di bidang kesehatan dalam menekan angka kasus TBC, upaya itu hasil studi tiru ke Dinkes Kota Padang Panjang, Sumatera Utara beberapa waktu lalu.
"Setelah kami mengamati apa yang sudah diterapkan di Kota Padang Panjang pada sektor kesehatan, maka kami coba tiru atau terapkan di Kabupaten Kutai Timur," ucap Kepala Dinkes Kutim dr Bahrani Hasanal, di Sangatta, Rabu.
Ia melihat, kondisi demografis Kutim yang luas dan berjauhan merupakan tantangan bagi pemerintah dalam meratakan akses layanan kesehatan. IOleh karena itu pentingnya peningkatan fasilitas dan distribusi layanan.
Menurutnya kabupaten Kutai Timur memiliki 21 puskesmas, namun untuk mencapai satu puskesmas saja, bisa memakan waktu berjam-jam. Karena itu, diharapkan dapat memperluas jaringan pelayanan kesehatan di masa mendatang.
Bahrani menyebutkan tantangan tersebut, tidak menyurutkan upaya Dinkes Kutim untuk meningkatkan kualitas kesehatan, khususnya dengan teknologi terbaru. Saat ini, Kutai Timur telah memiliki Tes Cepat Molekuler (TCM) di empat puskesmas dan satu rumah sakit.
Ia menjelaskan Teknologi TCM tersebut penting dalam deteksi penyakit menular seperti tuberkulosis (TBC) yang masih menjadi perhatian utama. Pada tahun 2023 jumlah kasus TBC di Kutim mencapai angka 60,1 persen dengan angka keberhasilan pengobatan 87,6 persen.
"Kami memiliki TCM di empat puskesmas dan satu rumah sakit. Ke depan kami berencana meningkatkan pelayanan dengan teknologi PCR dan rontgen (X-Ray) untuk mendeteksi penyakit dengan lebih detail dan tepat," jelasnya.
Dengan menambah teknologi baru dalam bidang kesehatan kata Bahrani diharapkan mampu mempercepat deteksi penyakit dan pengobatan lebih dini, terutama di wilayah-wilayah sulit akses.
“Kami berharap dengan adanya inovasi program tersebut dapat menurunkan kasus TBC hingga mencapai eleminasi, hal itu juga merupakan kebijakan Kementerian Kesehatan,” katanya.