Ujoh Bilang (Antaranews Kaltim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, menyatakan jumlah anak usia di bawah lima tahun (balita) bertubuh kerdil (stunting) sebanyak 30,4 persen pada 2017, kemunculannya dipicu sejak tahun 2014.
"Kontribusi stunting adalah 1.000 kehidupan pertama. Ini artinya kalau ditemukan 30,4 persen tahun 2017, berarti pemicunya adalah di tahun 2014. Ada dua alasan mengapa saat itu menjadi pemicu stunting," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mahakam Ulu Agustnus Teguh Santoso di Ujoh Bilang, Rabu.
Sebelumnya, saat menjadi pembicara dalam Advokasi Kebijakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Percepatan Penurunan Stunting, ia mengatakan bahwa alasan pertama adalah tahun 2014 Mahakam Ulu baru menjadi pemekaran (daerah otonomi baru), sehingga baru mulai melakukan pendataan mengenai kesehatan, termasuk mengenai bayi stunting.
Alasan kedua, pada 2014 anggaran untuk puskesmas masih kecil, yakni dana box puskesmas hanya Rp100 juta, sehingga tidak banyak yang bisa dilakukan untuk melakukan berbagai kegiatan baik sebagai upaya menyadarkan masyarakat bagaimana harus berperilaku hidup sehat dan penanganannya.
Saat ini, lanjutnya, anggaran sudah meningkat jauh, yakni dana box puskesmas sudah mencapai Rp900 juta per puskesmas, sehingga dinkes bisa melakukan intervensi terhadap balita yan sudah dipastikan terkena stunting.
Atas ditemukannya stunting 30,4 persen pada 2017, maka hingga kini melalui petugas gizi dan puskemas terus aktif melakukan penanganan dan pencegahan di wilayah kerja masing-masing.
"Jika kita hanya menangani atau mengobati, tidak melakukan pencegahan, maka tiga tahun ke depan bisa jadi balita stunting akan muncul lagi di Mahakam Ulu. Kita harus tanggap dan proaktif menyikapi hal ini," tuturnya.
Selain penanganan dan pemberian vitamin dari petugas gizi, lanjutnya, hal lain yang dilakukan adalah memberikan pemahaman kepada orang tua dalam memperhatikan asupan gizi yang cukup, yakni dengan sering mengonsumsi buah dan sayur.
Apalagi lahan di pekerangan rumah warga rata-rata masih bisa ditanami sayur dan pohon buah, sehingga melalui kegatan ini selain mampu mencukupi pangan untuk rumah tangga juga bisa mencukupi kebutuhan gizi keluarga.
"Saya berharap peran kepala kampung juga aktif dalam menangani dan mencegah stunting. Jika menemukan kasus baru atau dicurigai ada balita stunting, segera berkoordinasi dengan puskesmas, pustu, atau kader posyandu agar segera bisa diintervensi," ucap Teguh. (*)
Baca juga: 30,4 persen balita di Mahakam Ulu alami stunting
Baca juga: DPMPD: dana desa bisa untuk tangani stunting
Baca juga: Dinkes: Jumlah balita stunting Kaltim tinggi
Balita "stunting" di Mahakam Ulu dipicu sejak 2014
Rabu, 25 Juli 2018 21:30 WIB