Ujoh Bilang (Antaranews Kaltim) - Harga ayam potong di Ujoh Bilang, Ibu Kota Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, melonjak tinggi, dari sebelumnya yang rata-rata Rp50.000 per kilogram, naik menjadi Rp70.000 per kilogram dalam dua hari terakhir.
"Saya jual ayam dengan harga mahal karena waktu beli kemarin harganya juga sudah naik. Lagi pula hari ini belum ada kiriman ayam dari Kutai Barat," ujar Ranti, pemilik warung bahan kebutuhan pokok di Jalan Bang Juk, Ujoh Bilang, Kamis.
Ia mengaku bahwa ayam ras beku yang dijual itu kiriman dari Melak, Kabupaten Kutai Barat, daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Mahakam Ulu.
Harga ayam yang dijual di Jalan Bang Juk tersebut juga sama dengan harga ayam yang dijual di Pasar Ujoh Bilang, karena barangnya sama-sama didatangkan dari luar daerah.
Bahkan berdasarkan pantauan Antara, bahan makanan lain yang juga mengalami kenaikan di Pasar Ujoh Bilang, seperti ayam kampung beku yang sebelumnya Rp65.000 naik menjadi Rp80.000 per kilogram.
Kemudian harga ikan lais yang biasanya di kisaran Rp40.000-Rp50.000 menjadi Rp60.000 per kilogram, ikan baung dan ikan patin dari harga Rp50.000 kini naik menjadi Rp70.000 per kilogram.
Harga bahan makanan di Mahakam Ulu sering tidak menentu setiap hari atau berfluktuasi, tergantung pengiriman dan harga yang dipatok oleh produsen di Kutai Barat.
"Selain karena harga waktu saya ambil barang yang kemarin naik, hari ini juga kami belum mendapat kiriman. Lihat saja, banyak sayur dan bumbu-bumbuan yang kosong, karena hari ini memang belum dapat kiriman dari Kutai Barat," katanya.
Pengiriman ayam beku tersebut dilakukan menggunakan speedboat dengan lama perjalanaan sekitar empat jam.
Pengiriman dilakukan lewat sungai karena jalan darat antara Kutai Barat dengan Mahakam Ulu belum tembus, sehingga kondisi inilah yang menyebabkan harga kebutuhan pokok menjadi mahal akibat ongkos angkutnya yang juga tinggi.
Rata-rata bahan pokok di Mahakam Ulu didatangkan dari Kutai Barat dan Kota Samarinda. Bahkan beras pun masih didatangkan dari dua daerah ini karena hasil pertanian di Mahakam Ulu belum mampu mencukupi kebutuhan lokal. (*)