Samarinda (ANTARA News - Kaltim) - Sedikitnya tujuh desa di Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur terendam akibat kiriman dari wilayah Negara Bagian Sabah, Malaysia Timur.
Kepala Sub Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kabupaten Nunukan, Hasan Basri dikonfirmasi Sabtu sore menyatakan bahwa tujuh desa yang terendam banjir, yakni Desa Tagul, Desa Lubakan, Desa Atap, Desa Tembelenu, Desa Bungkul, Desa Tujung dan Desa Pagar.
Banjir yang melanda tujuh desa di Kecamatan Sembakung akibat meluapnya Sungai Sembakung yang berhulu di wilayah Pengsiangan, Malaysia Timur.
Banjir terjadi sejak 29 Agustus 2011 dan hingga saat ini air terus bertambah naik.
"Kini ketinggian air saat ini sudah mencapai 2,5 meter dari permukaan sungai saat kondisi normal. Banjir terjadi akibat pengupasan lahan di wilayah Malaysia Timur itu untuk dijadikan areal kelapa sawit," ujar Hasan Basri mengungkapkan.
Banjir terparah terjadi di Desa Lubakan, Desa Tujung dan Desa Atap.
"Hampir semua desa di Kecamatan Lubakan berada di pinggir sungai namun banjir terparah berlangsung di tiga desa yang berada di hulu Sungai Sembakung yakni Desa Lubakan, Desa Tujung serta Desa Atap," katanya.
Pemerintah Kabupaten Nunukan kini masih mendata jumlah rumah, Kepala Keluarga dan areal persawahan yang terendam banjir tersebut.
Banjir yang melanda sebagian wilayah di Kecamatan Sembakung kata dia merupakan bajir tahunan.
"Setiap tahun kawasan itu memang selalau dilanda banjir sebab berada di kawasan pinggir sungai. Banjir biasanya hanya berlangsung beberapa hari kemudian surut lagi," katanya.
Pemerintah Kabupaten Nunukan lanjut Hasan Basri belum mengambil langkah untuk membantu warga korban banjir di Kecamatan Sembakung.
"Karena ini merupakan banjir tahunan maka Pemkab Nunukan masih mendata dan memantau kondisi banjir dan jika dalam dua pekan belum surut maka akan diambil langkah-langkah untuk membantu warga korban banjir tersebut," ungkap Hasan Basri.
Pemkab Nunukan kata dia telah menyiapkan lahan relokasi bagi warga di Kecamatan Sembakung , namun ditolak.
"Sebagian besar warga Kecamatan Sembakung menggantungkan hidup dari sungai sehingga mereka menolak direlokasi ke tempat yang lebih tinggi. Padahal, lahan untuk relokasi bagi warga yang kerap dilanda banjir di Kecamatan Sembakung tersebut sudah disiapkan," kata Hasan Basri.