Samarinda (ANTARA Kaltim) - Perusahaan pengembang perumahan Ciputra Group menilai potensi pasar rumah kategori menengah ke bawah di Kalimantan Timur masih cukup menjanjikan, kendati kondisi perekonomian daerah ini mengalami perlambatan, bahkan cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir.
"Kalau rumah tipe menengah ke bawah, pasarnya masih ada, tetapi untuk rumah menengah atas memang sedang menurun. Bahkan masyarakat bersikap 'wait and see' untuk menginvestasikan uangnya," kata Direktor Ciputra Group Hendry Tamzel kepada pers di Samarinda, Kaltim, Senin.
Menurut ia, kebutuhan rumah menengah di kisaran harga Rp300 juta-Rp400 juta masih cukup tinggi, terutama di Samarinda dan Balikpapan sebagai dua kota utama di Kaltim.
Di dua kota tersebut, Ciputra Group membangun dan mengembangkan sejumlah proyek rumah hunian, termasuk untuk segmen pasar menengah ke bawah yang pertumbuhannya masih positif.
"Tahun ini kami memulai proyek rumah hunian Citra Garden City di Samarinda, Rumah yang dibangun mulai tipe kecil 21 hingga tipe besar dengan harga jual mulai Rp299 juta," ujar Tamzel saat memperkenalkan proyek rumah hunian baru di kawasan Loa Bakung, Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda.
Ia optimistis proyek rumah hunian itu menarik minat masyarakat, apalagi ditunjang dengan kemudahan uang muka dan cicilan terjangkau menggunakan skema KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dari perbankan.
"Kami lihat pasarnya ada dan kami optimistis dengan proyek ini," tambahnya.
Dalam kelompok diskusi terarah (FGD) akhir pekan lalu, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mencatat pertumbuhan ekonomi Kaltim dalam enam tahun terakhir mengalami penurunan tajam, dari angka 6,2 persen pada 2011, menjadi minus 0,3 persen pada 2016.
Penurunan itu dipengaruhi melemahnya harga komoditas ekspor migas, mineral dan batu bara (minerba) di pasar global. Selama ini, komoditas itu menjadi andalan utama dalam menopang perekonomian Kaltim.
Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata beberapa waktu sebelumnya juga mengatakan di tengah kondisi belum pulihnya sektor properti Indonesia hingga akhir 2016, ternyata penjualan rumah kelas bawah masih tumbuh dengan porsi sekitar 37 persen.
Menurut Soelaeman, segmen rumah bawah telah menjadi obat, khususnya bagi pengembang daerah anggota REI yang jumlahnya mencapai 3.700 pengembang dan 70 persennya merupakan pengembang rumah menengah bawah. (*)