Samarinda (ANTARA Kaltim) - Guru dilarang memaksakan kehendak untuk menjadikan siswanya pintar dalam mata pelajaran yang diajarkan, karena masing-masing siswa memiliki ketertarikan tiap objek dan memiliki talenta yang berbeda-beda.
"Semua guru harus sadar bahwa tiap siswa atau tiap orang memiliki ketertarikan pada sesuatu yang berbeda," kata Drs H Syafruddin Pernyata, M.Hum, saat menjadi pembicara dalam Rakor Meningkatkan Mutu, Akses Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur di Samarinda, Rabu.
Untuk itu, lanjutnya, guru tidak boleh memaksakan siswa harus pintar dengan mata pelajaran yang diajarkan baik mata pelajaran IPA atau ilmu eksak, karena bisa jadi siswa tersebut lebih menyukai seni, atau lebih suka bahasa Inggris.
Untuk itu, guru justru harus melihat bakat dan apa yang disukai oleh masing-masing siswa, selanjutnya guru harus membimbing siswa tersebut mengembangkan talenta yang dimiliki, sehingga sejak saat itu sampai dewasa, anak-anak yang dididik ke depan bisa cerdas setelah mendapat pembinaan.
Syafruddin yang juga dikenal sebagai motivator dan mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim ini melanjutkan, anak tidak harus dipaksakan menjadi ahli kimia kalau memang ia tidak suka, jangan pula dipaksa menjadi ahli antropologi kalau ia tidak hobi.
Dalam acara yang dihadiri oleh 67 Kepala SLB se-Provinsi Kaltim tersebut Syafruddin juga perpesan, bahwa guru harus memiliki beberapa sikap yang mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri maupun memberi makna pada orang lain.
Di antaranya adalah harus memiliki sikap lentur, yakni sebagai guru tidak harus sesuai dengan apa yang ada dalam buku kurikulum, karena bisa jadi cara berpikir dan pemahaman siswa berbeda dengan apa yang ada di kurikulum, karena kurikulum dibuat berdasarkan pemerataan, bukan dibuat untuk individu.
Sikap lainnya adalah harus menghargai orang lain, yakni menghargai pendapat siswa walaupun pendapat itu dianggap kurang benar, sehingga dalam penyampaiannya harus memilih kalimat yang tepat ketika membetulkan pendapat siswa, agar siswa tidak tersinggung atau malu dengan teman sekelas.
"Sikap lain yang harus dimiliki adalah harus terus belajar. Walaupun statusnya sebagai guru, belum tentu ia lebih pintar ketimbang muridnya. Bisa saja dalam hal-hal tertentu ternyata murid lebih pintar, misalnya dalam pemanfaatan IT, dalam tarik suara, atau di bidang lain yang ternyata siswa lebih mendalami tekniknya," kata Syafruddin. (*)