Samarinda (ANTARA News) - Tokoh adat Dayak Benuaq, Petrus Asuy, mendapat
penghargaan Equator Prize dari Program Pembangunan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (United Nation Development Programme/UNDP).
Penghargaan
dari Equator Initiative UNDP bagi masyarakat adat dan komunitas lokal
yang memerangi kemiskinan, melindungi alam, dan memperkuat ketahanan
terhadap perubahan iklim itu akan diserahkan pada 7 Desember di sela
Konferensi Iklim di Paris, Prancis.
Petrus sedang mengurus
dokumen imigrasi untuk datang ke acara penyerahan penghargaan, mewakili
komunitas adat di Muara Tae, Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat,
Kalimantan Timur.
"Sedang mengurus dokumen untuk keperluan imigrasi," katanya di Samarinda, Jumat.
Dia mengatakan penghargaan yang juga meliputi hadiah 10.000 dolar AS
itu menjadi bukti pembenaran perjuangan Masyarakat Adat Muara Tae
melindungi hutan adat serta melawan perusahaan kelapa sawit, pembalakan
liar, dan tambang.
Ia menegaskan bahwa masyarakat adat tidak menentang pembangunan,
hanya memperjuangkan hak hidup dengan melindungi serta memulihkan hutan
dan wilayah adat yang tersisa.
Petrus mengatakan luas wilayah adat di Muara Tae sebelum perusahaan
pemegang hak pengusahaan hutan (HPH), kelapa sawit, dan tambang masuk
sejak 1971 mencapai 12.000 hektare.
Saat ini, luas wilayah adat yang juga meliputi hutan adat dengan beragam fungsi luasnya tinggal 4.000 hektare.
Ia mengatakan bahwa sejak awal komunitas Dayak Benuaq tidak pernah
menyerahkan wilayah adat kepada perusahaan dan memilih melakukan
perlawanan dengan risiko menghadapi kekerasan, intimidasi, dan
kriminalisasi.
Mantan Kepala Desa Muara Tae, Masrani mengatakan warga kampungnya
membangun pos jaga di hutan adat yang tersisa untuk melindungi tegakan
pohon dari alat-alat berat perusahaan sawit dan tambang.
Mereka juga telah menyiapkan 6.000 bibit tanaman lokal seperti
gaharu, kapur, nyatoh, dan ulin untuk merehabilitasi hutan adat seluas
700 hektare yang digusur sepihak oleh perusahaan sawit.
"Bibit sudah kita siapkan, belum bisa ditanam, masih harus menunggu datangnya hujan," kata Masrani. (*)
Tokoh adat Dayak Benuaq dapat Equator Prize
Jumat, 30 Oktober 2015 12:25 WIB