Bontang (ANTARA Kaltim) - Lembaga Pemasyarakatan Klas III di Kelurahan Bontang Lestari, Kota Bontang, Kalimantan Timur, didominasi penghuni atau narapidana yang terjerat kasus narkoba dari tiga daerah, yakni Kutai Kartanegara, Kutai Timur dan Bontang.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas III Bontang Toni Martono saat ditemui di Bontang, Rabu, mengatakan saat ini jumlah warga binaan sebanyak 254 orang dengan sekitar 50 persen di antaranya narapidana kasus narkoba dan sisanya kasus pidana umum, termasuk korupsi.
"Total kapasitas Lapas Klas III Bontang sebanyak 520 orang, sehingga saat ini kondisinya masih sangat nyaman bagi penghuni. Namun, jumlah penghuni terus mengalami peningkatan," katanya.
Toni mengungkapkan setiap minggu, pihaknya menerima sekitar 20 orang narapidana atau warga binaan baru, baik dari Bontang, Sangatta (Kutai Timur) maupun Marangkayu (Kutai Kartanegara).
Dengan terus bertambahnya jumlah penghuni baru, lanjut Toni Martono, dipastikan daya tampung lapas yang hanya 520 orang dalam beberapa waktu ke depan akan penuh atau "overload" (melebihi kapasitas), sehingga sejak kini terus dilakukan upaya antisipasi agar penghuni tetap nyaman.
"Dari segi pengawasan masih berjalan normal. Namun, ketika nanti tahanan yang masuk sudah melebihi kuota, maka mau tak mau kami harus meningkatkan pengawasan. Salah satu solusinya adalah dengan menambah jumlah petugas pengawas," ujarnya.
Selain narapidana dewasa, di Lapas Bontang saat ini juga terdapat tujuh tahanan anak dan 11 penghuni wanita dengan berbagai kasus, seperti narkoba dan pembunuhan. Mereka ditempatkan pada sel khusus yang terpisah dengan tahanan laki-laki dewasa.
"Kapasitas masing-masing blok sebanyak 40 orang. Kalau sekarang, setiap sel ditempati dua orang. Tetapi nanti, ketika jumlah tahanan sudah melebihi kapasitas, maka penempatan warga binaan di dalam sel akan dimaksimalkan, di mana satu sel bisa menampung hingga lima orang," tambahnya.
Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Kaltim di Samarinda menempatkan Lapas Bontang menjadi yang terbaik dari segala sisi pelayanan. Hasil penilaian itu akan diajukan ke Kementerian Hukum dan HAM untuk diikutkan dalam penilaian di tingkat nasional.
"Kalau di Kaltim, kami yang terbaik. Tapi, untuk tingkat nasional, ada banyak lapas yang juga memiliki standar bagus," jelas Toni Martono.
Pihaknya terus berusaha memenuhi sejumlah fasilitas, termasuk kesehatan dan sarana air bersih agar seluruh warga binaan bisa menikmati fasilitas tanpa berebutan. Untuk sarana air bersih, Lapas Bontang menggunakan fasilitas air PDAM yang ditunjang dari instalasi pengolahan air "water treatment plant" (WTP) Bontang Lestari.
"Sekarang kebutuhan air bersih tak menjadi masalah, karena jumlah penghuninya masih standar dan terakomodasi semua. Kami juga masih memiliki sisa lahan yang nantinya bisa digunakan untuk bangunan baru, jika jumlah penghuni sudah melebihi kapasitas," kata Toni. (*)