Samarinda (ANTARA) - Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda sedang mengembangkan riset mengenai buah Lai Durian agar dapat menjadi varietas unggulan khas Kalimantan Timur (Kaltim).
"Riset ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya, yang kemudian kami perdalam dan tingkatkan lagi," kata Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Unmul Prof Widi Sunaryo di Samarinda, Jum'at.
Ia mengatakan riset tersebut bertujuan mengembangkan potensi bibit buah durian sebagai nilai ekonomi baru di kalangan masyarakat Kaltim.
Sebelumnya Unmul telah bekerja sama dengan Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Kaltim untuk mengembangkan bibit durian lokal unggul tersebut.
Prof Widi menyebut pengembangan riset tersebut bertujuan membangkitkan kembali varietas lokal Kaltim yang memiliki keunggulan seperti manis, daging buah besar, warna cerah, masa simpan panjang, dan aroma yang tidak terlalu menyengat.
Sejak tahun 2014 pihaknya sudah memperoleh pendanaan pusat melalui Program Riset Unggulan Terpadu. "Judul risetnya adalah Eksplorasi Lai-Durian," ujarnya.
Ia memaparkan jika durian umumnya dikenal sebagai Durio zibethinus, maka Lai merupakan spesies Durio kutejensis yang pertama kali ditemukan di wilayah Kutai. Daerah persebaran Lai ini meliputi Kutai Barat, Kutai Timur, dan Kutai Kartanegara, dengan pusat terbesar berada di wilayah Batuah dan sekitarnya.
Unmul tertarik melakukan riset lebih jauh ketika muncul kontes durian di Kalimantan Utara, yang saat itu masih menjadi bagian dari Kaltim.
Dalam lomba tersebut sering muncul nama-nama seperti Lai Kayan dan Lai Mandong sebagai pemenang.
"Setelah kami pelajari, ternyata buah-buah tersebut bukan lai murni, melainkan hasil persilangan alami antara lai dan durian," ucapnya.
"Dari situlah muncul istilah lai durian," tambah Widi.
Ciri khasnya, kata dia, jika lai berwarna oranye, maka lai-durian berwarna kuning cerah. Widi mengakui saat ini jumlah lai durian yang sudah dikembangkan memang masih sedikit.
Di wilayah Mandong misalnya, kata dia, hanya beberapa pegawai dinas yang memiliki pohonnya.
Upaya pengembangan di masyarakat masih terbatas karena terkendala banyak hal, lanjut dia, termasuk dukungan dan perawatan. Pihaknya juga sempat mempresentasikan hasil riset ini kepada Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie ketika berkunjung ke Unmul.
Wamendiktisaintek mendukung dan menekankan bahwa Kaltim seharusnya menjadi sentra durian nasional. "Perlu dibuat model pengembangan berbasis masyarakat, bukan hanya berbasis kelompok tani," kata Prof Widi Sunaryo.
Dengan model community-based development seperti itu, Widi menilai masyarakat akan merasa memiliki dan menjaga budi daya lai durian. Model ini diyakini bisa menumbuhkan ekonomi di wilayah sekitar.
"Harapannya, lai durian dapat menjadi ikon durian khas Kalimantan Timur sekaligus meningkatkan ekonomi lokal masyarakat sekitar," ucap Prof Widi Sunaryo.
