Sangatta (ANTARA) - Hutan lindung atau hutan adat Wehea yang yang terletak di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) saat ini perlu perhatian pemerintah untuk memperbaiki kondisi jalan di kawasan hutan tersebut.
"Kondisi jalan sudah sangat parah sejak enam bulan lalu. Ini yang menyulitkan kami sebagai penjaga hutan untuk berpatroli," kata Ketua penjaga hutan adat Wehea Yuliana Wetuq, di Sangatta, Senin (29/9).
Ia mengatakan, kawasan hutan lindung seluas 29 ribu hektare yang selalu dijaga oleh masyarakat adat Dayak Wehea, saat ini kesulitan akibat jalan penjagaan kawasan hutan yang rusak dan sangat memprihatinkan.
Yuliana menegaskan, kondisi jalan-jalan yang ada hampir putus menyebabkan aktivitas patroli dan pengawasan yang dilakukan timnya sangat terganggu. Kerusakan berdampak langsung pada aktivitas kelompok penjaga hutan lindung (Petkuq Mehuey) dalam menjaga hutan yakni berkurangnya intensitas penjagaan dan pengawasan.
“Karena banyak jalan rusak otomatis mobil rusak, kendaraan roda dua rusak. Kalau semua rusak,bagaimana kami melakukan penjagaan. Apalagi untuk drop bahan bakar dan logistik jadi terhalang," ungkapnya.
Dikemukakannya, dengan kondisi keterbatasan karena kerusakan jalan, maka pihaknya dan masyarakat dalam melakukan penjagaan dan pengawasan hanya mengandalkan dukungan pihak swasta dan swadaya masyarakat.
“Karena selama ini pemerintah kabupaten juga tidak pernah membantu, Ini inisiatif kami, karena kami masyarakat adat yang hidup dari hutan," tuturnya.
Oleh karena itu Ia meminta agar pemerintah daerah tidak abai terhadap kondisi kawasan hutan lindung Wehea dan para penjaganya. Hutan adat Wehea adalah salah satu hutan lindung terbesar di Kabupaten Kutai Timur agar dapat tetap terjaga dari kerusakan.
“Maksud kami pemerintah daerah peduli terhadap kondisi tersebut, tolonglah dibantu entah itu operasional atau perbaikan jalannya, supaya hutan Wehea tetap terjaga. Jika tidak dijaga maka dikhawatirkan hutan itu akan habis,” kata Yuliana.
Ia menambahkan hutan adat Wehea pernah meraih juara III Schooner Prize Award di Vancouver, Kanada pada tahun 2008, namun hingga kini belum mendapat perhatian lebih dari pemerintah daerah.
"Kami sangat berharap adanya perhatian pemerintah dan membantu kesulitan yang ada, semua itu tujuannya untuk menjaga kelestarian hutan adat Wehea," ujarnya.
