Samarinda (ANTARA Kaltim) - Langit masih gelap meskipun subuh telah berlalu. Hujan deras yang sempat mengguyur masih menyisakan rintiknya. Mendung mulai sirna karena airnya telah tumpah menggenangi tiap centi tanah dan jalan menuju Pasar Kuaro, Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
Di bawah rintik hujan itu, seorang ibu di desa setempat menyalakan sepeda motornya guna menuju Pasar Kuaro. Jas hujan dan helm tak dilupakannya demi menjaga keselamatan dan mencegah rintik hujan agar tidak mengenai tubuhnya.
Arsiyanti, wanita berusia sekitar 50 tahun itu sengaja berangkat pagi-pagi ke pasar karena ada beberapa barang dagangannya di los pasar itu yang baru datang sore, di hari sebelumnya, sehingga dia belum sempat menatanya.
Jika tidak datang pagi-pagi, maka dia khawatir tidak sempat lagi menata barang daganganya karena akan disibukkan oleh pembeli yang datang silih berganti. Lagi-lagi dia mengucap syukur kepada Tuhan berkat kemajuan usaha yang dirintisnya dari nol.
Usaha ekonomi yang dijalankan Arsiyanti di Kecamatan Kuaro, mengalami perkembangan pesat berkat pinjaman modal dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan.
"Dulu barang-barang yang saya jual cuma sedikit. Sehari kadang laku, kadang tidak. Penghasilannya juga kecil. Bahkan saya sempat putus asa. Tapi semenjak dapat pinjaman modal dari PNPM, usaha saya terus berkembang dan kini omsetnya rata-rata mencapai Rp300 juta per bulan," ujarnya ketika ditemui di Kuaro.
Berbagai barang yang dijual adalah jenis perabot rumah tangga, seperti meja, kursi, peralatan dapur seperti panci, kompor, barang pecah belah, dan berbagai jenis perabot rumah tangga lain.
Arsiyanti menuturkan kisahnya sejak tujuh tahun lalu, ketika pertama kali mendapat pinjaman modal pengembangan usaha dari PNPM-MPd melalui Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Kuaro.
Saat itu tahun 2008, ia mengeluhkan kepada rekannya tentang usahanya yang tidak berkembang karena minimnya modal untuk menambah barang dagangan.
Dari hasil keluhan itu, temannya kemudian menyarankan untuk meminjam modal kepada UPK Kuaro yang mengelola dana dari PNPM-MPd.
Awalnya dia mengaku ragu, karena sebelumnya pernah meminjam ke bank yang tidak mendapat persetujuan akibat tidak memiliki agunan. Tetapi dia mendengar dari PNPM tidak ada agunan, sehingga dia memberanikan diri.
Sebagai syarat untuk mendapat pinjaman dari PNPM hanya dibutuhkan kelompok, sehingga saat itu sekitar pertengahan 2008 dia bersama teman-teman sesama pengusaha kecil membentuk kelompok yang diberi nama Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (KSPP) Lancar Jaya.
Saat itu jumlah anggota kelompok yang dia dirikan bersama reka-rekannya kurang dari 10 orang. Sedangkan jumlah pinjaman yang diperoleh masing-masing hanya Rp1 juta per orang karena masih pemula.
Kini, setelah UPK percaya dengan KSPP Lancar Jaya yang melakukan pengembalian rutin per bulan, maka UPK setempat berani memberikan pinjaman lebih banyak yang dinaikkan secara per lahan tiap tahun.
Pada 2015, katanya, kelompok yang dipimpinnya itu rata-rata memperoleh pinjaman sebesar Rp10 juta per orang. Sedangkan jumlah anggota KSPP Lancara Jaya sudah bertambah menjadi 24 orang sehingga total pinjaman yang diperoleh kelompok ini senilai Rp250 juta.
"Alhamdulillah, usaha saya semakin maju sehingga selain saya bisa bisa mengembangkan usaha, jumlah toko perabotan saya juga bertambah menjadi tiga toko, ada yang di dalam pasar dan ada toko yang di pinggir jalan," katanya.
Dia juga mengatakan ke-24 anggota kelompok yang semuanya perempuan itu usahanya bermacam-macam, seperti ada yang menjual barang elektronik, dagang kain, berbagai jenis dan model lampu, konter HP, bahkan ada yang untuk usaha perkebunan kelapa sawit.
Surplus Rp13,2 Miliar
Usaha yang dijalankan oleh Arsiyanti tersebut merupakan contoh kecil keberhasilan PNPM-MPd dalam membina masyarakat miskin sehingga bisa keluar dari kemiskinnya, baik yang khusus di Kabupaten Paser maupun yang tersebar di Provinsi Kalimantan Timur.
Khusus di Kabupaten Paser, usaha ekonomi produktif dari kelompok mikro dan kecil oleh kaum perempuan perdesaan yang tergabung dalam KSPP, hingga Maret 2015 berhasil mengalami surplus (keuntungan) mencapai Rp13,2 miliar.
"Surplus hingga Rp13,2 miliar itu diperoleh dari modal awal sebesar Rp18,3 miliar, setelah digulirkan untuk aneka usaha, kini berkembang menjadi Rp31,5 miliar," ujar Fasilitator Keuangan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) Kabupaten Paser Ali Muchsin.
Modal awal tersebut diperoleh dari PNPM selama tujuh tahun berturut-turut selama 2007 hingga 2014, tetapi tiap tahun alokasi modal awal yang diterima Paser berbeda-beda karena ada ketentuan maksimal 25 persen untuk kegiatan KSPP dari total Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM.
Sedangkan modal awal KSPP per tahun yang diterima Paser adalah pada 2007 senilai Rp916,9 juta, 2008 sebanyak Rp1,3 miliar, 2009 mencapai Rp2 miliar, 2010 naik menjadi 3,8 miliar.
Kemudian, 2011 sebesar Rp3,6 miliar dan 2012 naik menjadi Rp3,7 miliar, pada 2013 sebanyak Rp1,6 miliar, dan modal awal KSPP pada 2014 senilai Rp1,3 miliar.
Setelah mendapatkan alokasi modal awal, kemudian fasilitator tingkat kabupaten menyalurkan dananya kepada sembilan kecamatan yang ada di Paser, tentunya sebelum dana disalurkan, para pelaku mendapat pembinaan terlebih dulu agar dapat mengelola keuangan dengan baik.
Ali yang didampingi dua fasilitator Kabupaten Paser Bahri Baharuddin dan Lilik Istiyawan melanjutkan, kini aset produktif yang sebesar Rp31,5 miliar dari hasil usaha oleh KSPP tersebut tersebar di semua kecamatan di Paser.
Rinciannya adalah aset produktif KSPP di Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Batu Sopang senilai Rp1,85 miliar, di UPK Kecamatan Muara Samu senilai Rp1,74 miliar, aset di UPK Kecamatan Batu Engau sebesar Rp3,13 miliar.
Kemudian aset yang masih dikembangkan di UPK Kecamatan Tanjung Harapan senilai Rp2,44 miliar, di UPK Kecamatan Pasir Belengkong senilai Rp4,55 miliar, aset produktif di UPK Kecamatan Kuaro sebesar Rp5,12 miliar.
Selanjutnya aset produktif yang masih terus berkembang di UPK Kecamatan Long Ikis senilai Rp6,33 miliar, aset yang masih berkembang di UPK Kecamatan Muara Komam sebesar Rp2,4 miliar, dan aset produktif yang masih terus dikembangkan di UPK Kecamatan Long Kali senilai Rp3,9 miliar.
Menurutnya, modal awal yang terus berkembang tersebut karena masing-masing UPK menggulirkan dana sebagai modal awal bagi pelaku usaha kecil dan mikro, sehingga pinjaman dengan bunga ringan sesuai kesepakatan dengan masyarakat itu mampu mendongkrak ekonomi warga.
Sedangkan usaha yang dijalankan oleh kaum perempuan melalui KSPP di desa-desa tersebut beraneka jenis, antara lain untuk usaha perkebunan kelapa sawit, membuat souvenir, membuka rumah makan, membuka toko bahan kebutuhan pokok, dan lainnya.
Mengingat begitu besarnya manfaat dana bergulir ke KSPP yang dijalankan oleh UPK bersama Badan Koordinasi Antar Desa (BKAD) di tiap kecamatan, maka sudah seharusnya pemerintah lebih mendorong dan menambah modalnya, bukan malah menghapus program yang terbukti mampu mengentaskan kemiskinan tersebut.(*)