Sangatta (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutai Timur (Kutim) mendorong pembentukan bank sampah di skala rukun warga (RW), sebagai akselerasi penuntasan sampah berbasis komunitas.
"Kita wajib membentuk satu unit bank sampah skala kecil per RW atau dusun, agar warga dapat melakukan pengelolaan sampah secara mandiri," kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala DLH Kutim Dewi, di Sangatta, Selasa.
Dia menyampaikan kebijakan itu merupakan tindak lanjut dari amanah Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang mendorong akselerasi penuntasan sampah berbasis komunitas.
Menurutnya, Bank sampah di Kabupaten Kutai Timur saat ini telah terbentuk sebanyak 70 komunitas, akan tetapi dari 70 bank sampah yang sudah terbentuk tersebut hanya 28 komunitas yang aktif.
Dikemukakannya, adapun kendala tidak aktifnya bank sampah di Kutim, diantaranya belum tersedianya mitra penampungan yang siap menyerap hasil pengumpulan warga.
"Target kami saat ini, warga betul-betul bisa mengelola sampah secara mandiri, memilah plastik dan mengolah limbah organik menjadi kompos skala rumah tangga," tuturnya.
Dewi menjelaskan, selain membentuk bank sampah, DLH juga memperkuat perubahan perilaku masyarakat lewat program Grass Root Development (GRD).
"Lewat program itu juga, DLH Kutim mengajak warga untuk mengelola sampah secara mandiri, baik plastik maupun limbah organik," katanya.
Kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan mengentaskan peningkatan produksi sampah rumah tangga.
Dewi mengemukakan, saat ini Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman telah menerbitkan surat instruksi dan surat edaran yang mengatur pengurangan penggunaan kantong plastik.
Dia berharap dengan mengurangi penggunaan kantong plastik, akan berdampak juga pada pengurangan sampah plastik yang menjadi target dunia.
"Untuk retail, pertokoan, dan toko modern saya kira sudah tidak menggunakan kantong plastik lagi ketika menjual produknya," katanya.