Balikpapan (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Balikpapan mengimbau masyarakat Kalimantan Timur, khususnya yang berada di wilayah rawan banjir dan longsor, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi basah akibat hujan dan pasang air laut yang masih berlangsung pada masa transisi menuju kemarau.
"Kaltim saat ini sedang berada dalam masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau yang diperkirakan mulai pada akhir Juni. Tapi, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah," kata Kepala BMKG Balikpapan Kukuh Ribudiyanto saat dikonfirmasi, Selasa (27/5)
Menurut Kukuh, kondisi hujan yang terjadi saat ini merupakan karakteristik umum pada periode peralihan musim. Meski secara umum frekuensi hujan mulai menurun, namun masih ada potensi hujan lokal yang bersifat intens dan merata dengan durasi yang cukup panjang.
"Terutama karena adanya pertemuan angin di wilayah Kaltim," ujarnya.
Ia mengemukakan, berdasarkan catatan BMKG, hujan merata dengan intensitas ringan hingga sedang terpantau terjadi di hampir seluruh wilayah Kaltim dalam beberapa hari terakhir, termasuk hari ini. Hal ini dipicu oleh dinamika atmosfer yang mendukung pembentukan awan hujan secara masif.
"Pertemuan angin atau konvergensi di wilayah Kalimantan Timur menyebabkan pembentukan awan hujan yang signifikan, sehingga menyebabkan hujan berlangsung lebih lama dari biasanya," ujar Kukuh.
Selain curah hujan yang masih tinggi, Kukuh juga menyoroti potensi dampak dari fenomena air laut pasang surut yang saat ini tengah mencapai puncaknya di beberapa wilayah pesisir dan bantaran sungai besar.
"Sejak kemarin telah terjadi kenaikan muka air laut dengan ketinggian mencapai 2,4 meter, dan puncaknya diperkirakan terjadi besok dengan ketinggian mencapai 2,7 meter, khususnya di wilayah Sungai Mahakam dan kawasan pesisir Kutai Kartanegara," jelasnya.
Kombinasi antara hujan dan pasang air laut ini dinilai berpotensi meningkatkan risiko banjir rob di kawasan pesisir dan memperparah genangan di wilayah rawan banjir, seperti di Kota Samarinda, sebagian Kutai Kartanegara, serta sejumlah daerah di pesisir Balikpapan.
Kukuh mengimbau masyarakat, khususnya yang bermukim di wilayah rawan banjir dan longsor, untuk terus memantau informasi cuaca dari kanal resmi BMKG dan meningkatkan kesiapsiagaan.
"Kami minta warga tidak menganggap remeh kondisi cuaca saat ini, meski menuju kemarau, namun intensitas hujan yang masih tinggi ditambah pasang air laut dapat memicu bencana hidrometeorologi basah," tegasnya.
Ia menambahkan, sesuai prakiraan, musim kemarau akan mulai terasa pada akhir Juni, dengan puncaknya diprediksi terjadi pada Agustus hingga September.